Jumat, 02 November 2012

[Media_Nusantara] Di Balik Rencana Arab Saudi Merobohkan Masjid Nabawi

 

Di Balik Rencana Arab Saudi Merobohkan Masjid Nabawi

Diprotes Meski Diganti Masjid Termegah di Dunia
 
Setelah membikin megah Kota Makkah, kini Pemerintah Arab Saudi berniat membongkar Masjid Nabawi peninggalan Nabi Muhammad SAW di Madinah.  Saudi berencana membangun masjid yang jauh lebih besar bernilai 6 miliar dolar AS untuk mengganti  masjid suci dari abad ke-7 Masehi  itu.
 
SAAT ini banyak umat Islam khawatir  dengan rencana Arab Saudi itu. Betapa  tidak, perluasan area masjid guna menampung lebih banyak lagi jamaah disebut-sebut dengan cara menghancurkan bangunan masjid lama peninggalan Rasulullah SAW.

Kabar yang beredar  usai musim haji November  tahun ini, Masjid Nabawi bakal dirobohkan oleh Pemerintah Kerajaan al Saud.  Selanjutnya dibangun masjid super megah yang bakal mampu menampung  peziarah 1,6 juta umat Islam. Masjid ini juga  menjadi yang terbesar di muka bumi.

Sejauh ini belum ada konfirmasi soal  apakah proyek ini berencana meratakan masjid lama beserta semua situs suci dan bersejarah itu atau tidak. Tiga masjid  tua di dekat Masjid Nabawi juga belum jelas nasibnya, apakah dilestarikan atau diratakan. Di sebelah makam Nabi Muhammad, juga ada makam dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Yang jelas Kerajaan Saudi bersikeras bahwa ekspansi besar-besaran masjid di Makkah dan Madinah sangat penting untuk menampung jumlah jamaah haji dan umrah yang semakin meningkat. Makkah dan Madinah dikunjungi 12 juta jamaah haji dan umrah setiap tahun. Jumlah jamaah diperkirakan bakal meningkat menjadi 17 juta pada tahun 2025.

Rencana penghancuran tiga masjid tertua  dalam sejarah Islam–yang berada di sebelah barat tembok Masjid Nabawi, yaitu masjid yang didedikasikan untuk Abu Bakar dan Umar, dan Masjid Ghamama, yang merupakan masjid  pertama kali digunakan untuk salat hari raya– itu mendapat tentangan keras dari kelompok penjaga sejarah peradaban Islam.
 
Adalah Dr Irfan al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation, sangat menyesalkan rencana tersebut jika harus menghancurkan tiga peninggalan penting itu. "Tidak ada yang meragukan Masjid Madinah perlu perluasan, tapi apa yang dilakukan pihak otoritas Saudi sungguh mengkhawatirkan," katanya, seperti dikutip The Independent.

Umat Islam semakin khawatir  setelah Pemerintah Saudi mengumumkan tidak berencana mengabadikan atau memelihara masjid  yang dilindungi dan dirawat oleh kekaisaran Ottonom itu. Tidak juga ada penggalian dari komisi arkeologi sebelum rencana penghancuran tersebut, sesuatu yang menjadi perhatian penting di antara para akademisi.

"Terdapat banyak cara melakukan perluasan tanpa merusak peninggalan bersejarah Islam. Mereka tampaknya menginginkan menghancurkan itu semuanya," kata Alawi yang telah menghabiskan waktu lebih dari 10 tahun menyoroti penghancuran situs-situs Islam di era awal ini.

Menurut Irfan al-Alawi, sejauh ini belum ada tindakan umat Islam untuk menghalangi aksi pemerintah Saudi yang ingin menghancurkan situs bersejarah ini demi membangun masjid terbesar dengan kapasitas 1,6 juta orang. Untuk itu Saudi hendak memperlebar dan menciptakan 20 ruangan di masjid baru tersebut. "Itu tidak masuk akal. Satu-satunya hal yang mereka inginkan adalah memindahkan fokus dari tempat Nabi dimakamkan," lanjut Alawi.

Rencana membuldozer bangunan bersejarah ini akan mengambil bagian sayap barat dari masjid. Dalam sayap itu, terdapat makam dua Khalifah sekaligus sahabat Nabi, yaitu Abu Bakar dan Umar.

Penghancuran situs bersejarah ini bukanlah tindakan pertama pemerintah Arab Saudi di bawah Pemerintahan Raja Arab Saudi Abdullah. Pada tahun 2007 lalu, Kementerian Urusan Islam Arab Saudi merilis pamflet rencana penghancuran serupa di mana pamflet tersebut disusun oleh Mufti Besar Arab Saudi, Abdulaziz al-Sheikh. Pamflet itu berisi bahwa penghancuran kubah masjid dan meratakan makam Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar berdasarkan fatwa Abdulaziz al-Sheikh. Sheikh Ibn al-Uthaymeen, satu dari ulama Wahabi juga meminta hal yang sama.

Gulf Institute mengatakan Riyad telah membuldozer 95% dari bangunan berusia 1.000 tahun di kota suci Makkah dan Madinah selama 20 tahun terakhir dengan tujuan membangun pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit dan hotel mewah.

Baik Kedutaan Saudi di London atau Kementerian Luar Negeri Saudi saat dimintai   komentar oleh  The Independent  menyatakan ekspansi perlu dilakukan di dua kota suci itu. Terdapat pula tuntutan untuk membangun hotel murah bagi peziarah miskin karena mereka selama ini ditempatkan beberapa mil dari pusat kota.

Semua itu dilakukan demi kenyamanan para peziarah dari berbagai belahan dunia. Dengan semakin murahnya perjalanan udara dan tumbuhnya populasi kelas menengah di negara-negara muslim yang sekarang sedang berkembang, Makkah dan Madinah sedang berjuang untuk bisa melayani 12 juta peziarah yang datang setiap tahunnya.

Kerajaan Saudi merasa hanya mereka sendiri yang memiliki otoritas atas apa yang terjadi pada peninggalan awal sejarah Islam. Meskipun mereka telah mengeluarkan miliaran dolar untuk memperluas Makkah dan Madinah, tapi dua kota suci ini juga memberi keuntungan pada negara yang sangat tergantung pada hasil minyak bumi itu.  *

PBNU Bisa Gerakkan Komite Hijaz  II
 
Para ulama di Indonesia terkejut dengan ramainya pemberitaan rencana Pemerintah Kerajaan Arab Saudi membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Peninggalan sejarah Islam bukan hanya milik Arab Saudi tapi seluruh umat muslim.
 
FORUM Munas NU dan Konferensi Besar Alim Ulama di Ponpes Kempek Cirebon Jawa Barat beberapa waktu sempat menyoal masalah ini. Namun PBNU perlu melihat rencana yang sesungguhnya dari pemerintah Saudi sebelum bersikap.

"Kita harus mengejar kebenaran pemberitaan itu terlebih dulu. Kalau PBNU langsung mengambil sikap, nanti dulu dong," kata Katib Aam PBNU KH Malik Madani, Kamis (1/11) siang.

Kiai Malik mengaku baru mendengar kabar itu sehingga mesti dikaji lebih mendalam sebab pemberitaan soal rencana menggusur makam Nabi itu isu yang sangat sensitif di kalangan umat Islam. Keberadaan makam Rasulullah di Masjid Nabawi, Kota Madinah, melibatkan kepentingan umat Islam sedunia sebab makam Rasulullah merupakan salah satu simbol pemersatu Islam di seluruh dunia. Ini pula yang melahirkan gerakan Komite Hijaz di awal 1900-an yang dimotori para kiai-kiai NU dalam membela antara lain keberadaan makam Rasulullah dan kebebasan bermazhab di Arab Saudi.

Sedang seputar isu pemekaran Masjid Nabawi, PBNU tentu sepakat. Karena, pemekaran itu menyangkut kebutuhan menampung jamaah haji yang terus membeludak. "Tuntutan kebutuhan itu harus segera diatasi dengan pemekaran," katanya.

Namun pemekaran bukan bermakna pembongkaran terhadap makam Rasulullah. Bagi Kiai Malik, kedua hal tersebut harus dipisahkan. Kalau pemberitaan itu terbukti kebenarannya di kemudian hari, maka PBNU akan melakukan gerakan Komite Hijaz Jilid II. Kiai Malik Madani pun mengingatkan bahwa pemilik makam Rasulullah adalah umat Islam sedunia, bukan pemerintah Arab Saudi.

Ketua PBNU H Iqbal Sulam menyebut senada. Sebagai sebuah bangunan, makam Nabi Muhammad SAW merupakan situs berharga yang wajib dipertahankan. Tak ada dalih yang membenarkan aksi perusakan bangunan suci itu meski atas nama renovasi.
 
"Sebagaimana Kakbah makam Nabi merupakan bagian dari warisan penting sejarah umat Islam yang mesti dihormati. Situs ini harus dipertahankan," tegasnya di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (1/10).
Seperti dikabarkan beberapa media, Pemerintahan Arab Saudi tengah merencanakan renovasi Masjid Nabawi di Madinah. Proyek dalam rangka perluasan area masjid ini disinyalir akan mengusik sejumlah situs sejarah, termasuk makam Nabi.

Iqbal Sulam, yang juga dikenal sebagai pakar arsitektur, menjelaskan, penghancuran bangunan tak gampang dilakukan. Sebelum eksekusi, seseorang harus memperhatikan perundang-undangan tentang cagar budaya. Apalagi, hal itu menyangkut seluruh umat Islam.

"Kalau hanya memperbaiki, memperindah, tidak ada masalah. Karena bangunan makam sebetulnya berubah-ubah," tambahnya.

Makam Rasulullah sendiri telah mengalami perombakan beberapa kali, seperti dilakukan oleh Siti Aisyah, Khalifah Umar bin Khathab, dan Umar bin Abdul Azis. Meski  dilakukan perubahan dari segi bangunan fisik, makam tetap dibiarkan utuh tanpa dirusak apalagi diratakan. Menurut Iqbal, selain sebagai tempat ibadah, makam Nabi juga berdampak bagi kehidupan ekonomi yang luar biasa. "Situs (Nabi) itu kan bentuk penghormatan terhadap Nabi. Di samping menjadi tempat yang menarik minat orang untuk datang," ujarnya.
Pihaknya optimis Pemerintah Arab Saudi tidak akan gegabah menghancurkan makam Nabi. Seperti juga Kakbah, dia berharap proses renovasi hanya terfokus pada sekeliling bangunan situs saja.
 
Paranoid Keimanan
 
KH Masdar F. Mas'udi, Rais Syuriah PBNU, juga menyebut bila rencana Pemerintah Arab Saudi itu dilaksanakan pasti menimbulkan gejolak di dunia Islam. Dia mengatakan  hal itu hanya menunjukkan adanya paranoid keimanan saja dari seseorang.

"Alasan bahwa ada ketakutan umat Islam menjadi musyrik karena menyembah makam Nabi, itu sama sekali tidak berdasar. Orang umat juga tahu bahwa itu tidak boleh," kata Masdar.

Dia menegaskan bahwa sebagai sebuah petilasan, makam Nabi bersama makam dua sahabat Nabi adalah sebuah situs sejarah.

"Penghancuran petilasan itu menunjukkan sebuah tindakan yang tidak berbudaya," tegasnya sembari menyebutkan bahwa upaya untuk membongkar makam Nabi Muhammad mulai muncul sejak kaum Wahabi berkuasa di Arab Saudi. "Itu terjadi sejak tahun 1920-an," katanya.

Lebih jauh disebutkan, dalam  Musyawarah Nasional  dan Konferensi Besar Alim Ulama di Pesantren Kempek, Cirebon, beberapa waktu lalu, soal itu juga sempat dibahas. Para ulama berpandangan sama bahwa pembongkaran makam Nabi Muhammad tidak boleh dilaksanakan.

Sedang menyoal tindakan yang akan dilakukan umat Islam, Masdar mengatakan, pasti akan ada reaksi. Namun, tentu tidak bisa diputuskan oleh satu orang saja melainkan harus melalui pembicaraan dengan banyak pihak.
 
Seperti diberitakan, para pecinta warisan sejarah Islam dan sebagian warga lokal Saudi Arabia terkejut dengan banyaknya warisan sejarah di Makkah dan Madinah yang telah dibuldoser, di antaranya untuk membuat pusat perbelanjaan yang megah, hotel mewah dan gedung pencakar langit. Berdasarkan estimasi Gulf Institute, 95 persen bangunan berumur 1.000 tahun telah dihancurkan dalam 20 tahun terakhir.

Di Masjidil Haram Makkah, tempat paling suci bagi umat Islam di mana seluruh umat Islam diperlakukan sederajat, sekarang dibayangi oleh Jabal Omar, sebuah kompleks pengembangan apartemen pencakar langit, hotel dan sebuah menara jam yang sangat besar.

Untuk membangunnya, pemerintah Saudi menghancurkan benteng Ajyad yang ada sejak era Ottonom dan bukit yang ada di sekitarnya. Bangunan bersejarah lain yang hilang meliputi tempat kelahiran Rasulullah, yang sekarang menjadi perpustakaan, dan rumah Khadijah, istri pertama Nabi, yang sekarang menjadi toilet public. Sebagaimana dilaporkan oleh The Independent, pembangunan serupa dilakukan di Madinah meski sedikit lebih terkendali dibandingkan di Makkah, tapi toh sejumlah situs awal Islam telah hilang. Dari tujuh masjid yang dibangun untuk memperingati perang Khandaq atau perang parit, satu peristiwa yang cukup menentukan dalam sejarah perkembangan Islam, saat ini hanya tersisa dua. Sepuluh tahun lalu, sebuah masjid cucu Rasulullah dihancurkan dengan dinamit. Gambar penghancuran masjid yang diambil secara rahasia menunjukkan para polisi agama merayakan keruntuhan tempat bersejarah tersebut.

Pengabaian sejarah awal Islam ini merupakan adopsi dari Wahabisme yang menginterpretasikan ajaran Islam secara kaku. Di sebagian besar negara Muslim, banyak tempat suci dibangun dan kunjungan ke makam merupakan hal biasa, tapi bagi kelompok Wahabi, praktik seperti ini dianggap sesat. Polisi agama di Saudi melarang peziarah berdoa atau mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan kehidupan Rasulullah dan berusaha menghancurkan situs-situs sejarah tersebut.

Dr Irfan al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation mengkhawatirkan pembangunan kembali Masjid Nabawi merupakan upaya lebih luas untuk mengubah fokus dari tempat Nabi Muhammad dimakamkan. Tempat pemakaman Rasulullah ditutupi dengan kubah hijau yang terkenal dan menjadi pusat dari masjid Nabawi saat ini, tapi dengan rencana pengembangan baru, lokasi tersebut akan menjadi sisi timur dari bangunan yang akan diperluas delapan kali lipat dengan sebuah mimbar baru bagi imam. Juga terdapat rencana membongkar Raudhah yang bisa diartikan sebagai taman surga, sebuah lokasi sempit di tengah-tengah masjid, yang oleh Nabi sendiri dikatakan memiliki keistimewaan untuk berdoa.

"Mereka beralasan untuk membuat ruangan yang lebih besar dan menciptakan 20 ruangan yang akan menampung 1,6 juta jamaah," kata Alawi. "Hal ini adalah nonsense, apa yang sebenarnya mereka inginkan adalah mengganti fokus dari tempat di mana Rasulullah dikuburkan," katanya. *

Jamaah Haji Juga Cemas, Berharap Hanya Isu
 
Para jamaah haji Indonesia di Tanah Suci juga khawatir  Pemerintah Arab Saudi benar-benar membongkar situs peninggalan Nabi Muhammad SAW. Mereka berharap kabar itu hanya isu belaka.
 
JURU Bicara FPI, Munarman SH, dan rombongannya, saat ditemui  wartawan Duta Masyarakat, di Hotel Rahalla, Jeddah, Jumat (2/11), tampak berhati-hati menanggapi kabar renovasi Masjid Nabawi. Pria ini berharap semua itu hanya isu.

"Maaf saya belum tahu persis rencana itu. Apalagi katanya soal pelebaran masjid akan menggusur Makam Nabi Muhammad, saya tidak mau komentar karena masih belum jelas," ungkap Munarman. "Kalau saya mengomentari panjang, takut jadi fitnah," ujarnya.

Namun bila benar, kata dia, hal itu jangan sampai terjadi karena akan menyakiti seluruh umat Islam di dunia. "Mudah-mudahan itu hanya isu dan tidak sampai terjadi, kalau terjadi bisa gawat," terangnnya. Pembimbing ibadah haji Daker Jeddah, Masud Mastari, membenarkan ada kabar Pemerintah Arab Saudi berencana memperluas Masjid Nabawi di Madinah. Hal itu lalu menimbulkan kekhawatiran banyak pihak jika makam Nabi Muhammad juga akan dihancurkan. "Ya gak bisa main hancur-hancur saja tanpa ada alasan yang jelas," ungkapnya.

Karena itu, dia menilai, kabar penghancuran makam Nabi Muhammad itu hanya isu belaka. Sebab, menurutnya, Pemerintah Arab Saudi tidak akan berani melakukannya. Apalagi dari dulu sudah ada isu pembongkaran makam Nabi itu. "Tapi kan tidak pernah ada," ujar ustadz alumni Mesir ini.
Dia menilai isu tersebut sengaja dihembuskan untuk mengadu domba umat muslim. Sebab, di Arab Saudi kebanyakan menganut aliran Wahabi.
 
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, KH Abdusshomad Buchori, mengatakan,  Masjid Nabawi merupakan peninggalan Rasulullah Muhammad SAW.  Karena itu pula merupakan milik umat muslim di  seluruh dunia. "Tentu bila Saudi akan merobohkannya akan mendapat kecaman besar," katanya.

Alih-alih membongkar, merenovasi saja sebenarnya akan mendapat protes dari umat Islam. Situs bersejarah yang ada di Masjid Nabawi itu dikhawatirkan akan berubah dari bentuk asalnya. Mempertahankannya mungkin sebagai keniscayaan yang harus dipegang teguh oleh pemerintah setempat.

Dia menilai rencana tersebut harus dipikirkan ulang. Pemerintah Arab Saudi diingatkan agar meminta pendapat ulama se-dunia. Karena, Masjid Nabawi menjadi kebanggaan umat Islam. Dan melaksanakan salat di Masjid Nabawi pahalanya melebihi dari masjid lainnya.

Adanya keistimewaan yang diberikan Allah yang melekat pada Masjid Nabawi menjadi salah satu pertimbangan yang tak kalah penting. Rekam jejak Nabawi tidak boleh diringkus begitu saja hanya untuk bisa menampung peziarah sebanyak 1,6 juta umat.

"Memang tidak ada yang meragukan kemampuan Arab Saudi membangun kembali Nabawi dengan nilai 6 miliar dolar AS, tetapi bukan nominal dan bangungn masjid baru yang diharapkan umat muslim. Bagi pemeluk Islam sudah barang tentu menginginkan masjid bersejarah itu tetap utuh sepanjang masa," katanya.

Itu artinya, kata dia, perawatan dan pelestarian lebih penting dari segala-galanya. Buktinya, dalam setiap musim haji, umat Islam rela kendati harus berada di luar masjid saat berziarah ke makan Nabi Muhammad, Khalifah Abu Bakar dan Umar.

"Pengembangan masjid, tanpa harus mengubah bentuk boleh-boleh saja, tetapi digusur itu membuat orang-orang Islam marah," katanya saat dihubungi, kemarin.  Dia mencontohkan pembangunan Masjid Ampel yang berada di kompleks Makam Sunan Ampel. Pengembangan masjid itu tidak mendapat kecaman lantaran hanya menambah luas tanpa harus mengubah arsitektur yang lama.

Pembongkaran Masjid Nabawi sama halnya dengan rancana peniadaan Makam Nabi Ibrahim di pinggir Kakbah. Rencana itu menuai protes yang begitu besar. "Saya pikir, efeknya sama dengan rencana pada Makam Ibrahim," tambahnya.

Menuru Kiai Abdusshomad, pemerintah tidak perlu melakukan rencana pembongkaran masjid itu. Apalagi harus meratakan Makam Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar. Ziarah kubur dalam Islam tidak dipersoalkan. Bahkan ziarah religi itu menjadi bagian dari acara yang dilakukan jamaah haji dalam setiap tahunnya. Karena itu, Kiai Abdusshomad berharap kepada pengurus Nahdlatul Ulama (NU) agar ikut merespon terhadap wacana pembongkaran masjid ini. "Masjid Nabawi dan makam Rasul dan serta sahabat harus dipertahankan, paling tidak perwakilan nahdliyin  harus ada yang berunding dengan pemerintah Saudi agar rencana itu diurungkan," tandasnya. *



__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar