Rabu, 21 November 2012

[Media_Nusantara] Hentikan Liberalisasi Perdagangan ASEAN Merespon ASEAN Summit ke-20 di Phnom Pen

 

Siaran Pers

Hentikan Liberalisasi Perdagangan ASEAN

Merespon ASEAN Summit ke-20 di Phnom Penh Kamboja

 

Dalam momentum pelaksanaan ASEAN Summit ke-20 di Kamboja pada 18-20 November 2012, akan diluncurkan negosiasi perdana dari konsep baru perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) antara ASEAN dengan sekaligus 6 negara ( Jepang, China, India, Korea, Australia dan New Zealand) yang berada di bawah Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).  Pelaksanaan FTA yang telah berjalan sebelumnya telah mengikat Indonesia terhadap komitmen liberalisasi perdagangan baik barang, jasa, dan investasi,  telah berdampak negatif terhadap perekonomian masyarakat  dan industri nasional. 

Pemberlakuan  ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 dengan konsep Single Market & Production Base akan semakin memasifkan perdagangan bebas di bawah RCEP, yang kemudian hanya akan menjadi perebutan pasar ASEAN di antara negara-negara mitra FTA-nya. Perkembangan yang cukup signifikan tersebut merupakan kelanjutan dari pelaksanaan komitmen yang dituangkan dalam ASEAN Charter yang kemudian mengikat seluruh anggota ASEAN untuk tunduk pada aturan-aturan yang ada di dalam ASEAN Charter.

Dampak pengikatan seluruh anggota ASEAN terhadap komitmen liberalisasi perdagangan di bawah ASEAN Charter telah menghilangkan kedaulatan pemerintah Indonesia untuk mengatur ekonomi negaranya, termasuk hak dalam menentukan mitra FTA-nya. Pengalaman buruk dari komitmen tersebut bisa dilihat dengan beberapa fakta seperti serbuan barang-barang impor serta dominasi investasi asing.

Terhadap situasi tersebut telah muncul semangat untuk mereview kembali pengikatan Indonesia ke dalam ASEAN Charter dengan mengajukan Judicial Review terhadap Undang-Undang No.38 tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN Charter) oleh Aliansi Keadilan Global (AKG) pada bulan Mei 2011 ke Mahkamah Konstitusi (MK).  Namun, setelah lebih dari satu tahun sejak pengajuan Judicial Review tersebut, sampai saat ini  MK belum juga mengeluarkan putusan.

Sementara pengalaman Indonesia menjalankan FTA dengan negara-negara yang menjadi pesaing dagang ASEAN tersebut telah membawa kerugian yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia. Ada beberapa FTA yang melibatkan Indonesia baik dalam kerangka bilateral maupun regional yaitu Indonesia-Jepang (IJEPA), ASEAN-China (ACFTA), ASEAN-FTA (CEPT-AFTA), ASEAN-Korea, ASEAN-India,  ASEAN-Australia-New Zealand dan rencana Indonesia EU FTA (CEPA). Berikut deskripsi perdagangan Indonesia dan investasi dari negara-negara tersebut di Indonesia.


Indonesia – Jepang, Korea

Rencana Free Trade Agreement  ASEAN dengan beberapa negara  diluar ASEAN seperti Korea dan Jepang, akan semakin membahayakan posisi perdagangan dan ekonomi negara di kawasan ASEAN khususnya Indonesia. Terbukti sejak pemerintahan SBY neraca Perdagangan non migas Indonesia dengan Jepang dan Korea terus mengalami defisit yang besar.  Tahun 2011 defisit perdagangan non Migas Indonesia Jepang mencapai US$948 juta, sementara dengan Korea Selatan mencapai 34,9 juta  US$. Dengan demikian liberalisasi perdagangan antara Indoensia  melalui ASEAN dengan Negara-negara tersebut berpotensi semakin meningkatkan nilai defisit perdagangan Indonesia.

 

 Ekspor dan Impor Non Migas Indonesia dengan Jepang dan Korea (ribu US $)

Negara

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jepang (x)

   9,744,026

   12,178,598

  13,860,852

  13,324,908

  12,256,927

  16,089,606

         18,367,609

Jepang (M)

          10,213,927

          9,230,544

          9,332,256

        14,969,488

           9,712,649

           16,727,317

          19,316,136

(X-M)

     -469,901

   2,948,054

    4,528,596

   -1,644,580

    2,544,278

       -637,711

     -948,527

Korea S (x)

   2,659,360

   3,388,335

   3,988,433

    4,537,030

     5,109,184

    6,805,981

    7,330,865

Korea S (m)

          3,243,496

          3,409,256

            3,746,251

          4,989,837

           3,750,228

            5,547,732

           7,365,804

(x-M)

      -584,136

       -20,921

       242,182

     -452,807

    1,358,956

    1,258,249

       -34,939

Sumber : Bank Indonesia, 2011

Sebagian besar ekspor Indonesia ke Jepang didominasi oleh ekspor raw material minyak, gas, batubara dan mineral. Sebagai contoh Nilai ekspor Kaltim ke Jepang tersebut masih didominasi minyak dan gas (migas) yang mencapai 4,630 miliar dolar AS, sedangkan sisanya yang 1,301 miliar dolar AS merupakan komoditi non migas.[1] Sementara Pengamat energi dari ReforMiner Institute (Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi), Pri Agung Rakhmanto, menyebutkan, nilai ekspor gas Indonesia ke Jepang selama ini mencapai Rp 341 triliun per tahun. [2]

Selain itu ekspor utama Indonesia ke Jepang dan Korea adalah batubara. Menurut Kementrian ESDM, Saat ini, 75% dari total produksi batubara diekspor, terutama ke Jepang tertinggi sekitar 24 juta ton, Taiwan, Korea Selatan dan Eropa. Tahun 2011 volume ekspor batubara mencapai 272.671.351, jika harganya rata-rata 100 US $ per ton maka nilai ekspornya mencapai 27,26 miliar US $.[3] Ekspor sumber-sumber energy tersebut menjadi sumber kelangkaan energi di dalam negeri. 

Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat (NTB) Soegarenda mengatakan nilai ekspor pada September 2011 mencapai US$195.832.894 atau meningkat 168,24% dari bulan Agustus yang tercatat sebesar US$73.006.695. Ekspor di pada September 2011 sebagian besar ke negara tujuan Jepang dan Korea dengan masing-masning senilai US$165.012.601 dan US$30.606.924 ke korea. Jenis barang yang diekspor masih didominasi konsentrat tembaga sebesar 99,88% yang pada September lalu nilainya mencapai US$195.589.792. Ini nilai pada bulan September 2011. Posisi pada Agustus ekspor konsentrat tembaga senilai US$72.941.063. [4]

Ekspor dan Impor Indonesia dengan Jepang dan Korea (ribu US $)

Negara

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jepang (X)

    18,557,375

    22,375,535

    25,561,608

    28,237,200

    19,299,659

    25,487,404

      32,494,902

Jepang (M)

    10,227,831

      9,257,103

      9,385,751

    15,177,532

      9,743,051

    16,785,076

      19,373,964

(E- M)

      8,329,544

    13,118,432

    16,175,857

    13,059,668

      9,556,608

      8,702,328

      13,120,938

Korea Selatan (X)

      7,322,034

      7,964,405

      8,244,418

      9,283,423

      8,225,553

    12,522,041

      14,660,195

Korea Selatan (M)

      4,429,846

      4,532,833

      4,936,893

      6,671,019

      4,605,634

      7,709,165

      12,300,172

(X - M)

   2,892,188

   3,431,572

   3,307,525

   2,612,404

   3,619,919

   4,812,876

     2,360,023

Sumber : Bank Indonesia, 2012

Pertanyaan mendasar dari besarnya ekspor hasil tambang migas dan mineral apakah dapat menjadi sumber bagi kesejahteraan rakyat. Sementara kita tahu bahwa pelaku ekspor hasil tambang tersebut adalah perusahaan asing sendiri. Misalnya ekspor hasil tambang ke Jepang dari NTB dilakukan oleh perusahaan PT. Newmont Nusa Tenggara yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Sumitomo Jepang, bukan perusahaan nasional dan kegiatan usaha tersebut sama sekali tidak melibatkan rakyat.

ASEAN Australia New Zealand FTA

AANZFTA adalah perjanjian perdagangan yang ditanda tangani oleh 12 Negara, termasuk anggota ASEAN dan CER Countries. 10 Negara anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Lao PDR, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Viet Nam; dan the closer economic relations (CER) countries Australia dan New Zealand. Perjanjian perdangan ini ditandatangani pada 27 Februari 2009 di Thailand dan Indonesia sendiri melaksanakan perjanjian ini pada 10 Januari 2012.

Komitmen yang termasuk di dalam AANZFTA : Perdagangan barang termasuk Rules of Origin dan Prosedur bea cukai, Standar dan sanitari dan ukuran phytosanitary, Perdagangan jasa, Perpindahan orang (Movements of people), Investasi, Perdagangan elektronik, Kompetisi dan Intellectual property.

Total perdagangan Indonesia-Selandia Baru pada 2011 mencapai US$ 1,1 miliar dengan tren pertumbuhan rata-rata 3,82% selama periode 2007-2011. Ekspor Indonesia ke Selandia Baru pada 2011 mencapai US$ 371,7 juta. Sementara impor sebesar US$ 729,2 juta, sehingga Indonesia mengalami defisit US$ 357,5 juta. Namun, defisit pada neraca perdagangan Indonesia terhadap Selandia Baru di Januari 2012 sebesar US $ 12,2 juta. Nilai tersebut menurun signifikan (54,8%) apabila dibandingkan Januari 2011 yang defisitnya sebesar US$ 27 juta.[5]

Demikian pula halnya dengan Australia, Indonesia mengalami deficit perdagangan. Kementerian Keuangan mengingatkan internal pemerintah untuk mewaspadai defisit perdagangan dengan Australia. Neraca perdagangan Indonesia dengan Australia menurut data Kementerian Perdagangan, dalam tiga tahun terakhir mengalami defisit. Pada 2009, defisit neraca perdagangan tercatat US$ 171,79 juta kemudian pada Juli 2010 menjadi US$ 89,87 juta dan dalam periode yang sama tahun ini, defisitnya menjadi US$ 141,83 juta.  

Nilai Impor Autralia Newzealand ke Indonesia (ribu US $)

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2,697,239

3,305,428

3,574,355

4,920,821

4,095,998

4,990,120

5,815,321

Sumber : Bank Indonesia 2012

Defisit neraca perdagangan dengan Australia, khususnya terjadi pada transaksi perdagangan non minyak dan gas (migas). Sebagian besar impor dari Autralia dan Newzealand adalah bahan pangan seperti daging, susu, buah, sayur dll. Australia merupakan negara dengan jumlah dan nilai terbesar untuk impor kentang ini. Dalam 5 bulan pertama tahun ini, negara Kangguru itu telah mendatangkan 7 ribu ton kentang dengan nilai US$ 4,7 juta. Selain itu, Indonesia juga mendatangkan kentang impor asal Kanada, Amerika Serikat dan Singapura. Ditambah dengan negara lainnya, total impor kentang dari Januari hingga Mei tahun ini sebanyak 22 ribu ton dengan nilai US$ 14,9 juta.[6]

Defisit Perdagangan Indonesia Autralia New Zealand

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

-1,188,543

     -1,309,687

     -1,007,220

    -2,225,955

     -1,853,062

    -1,920,838

     -1,829,201

Sumber : Bank Indonesia,2012

Data Kementerian Pertanian menyebutkan tahun ini kebutuhan daging sapi Indonesia mencapai 484 ribu ton. Dari jumlah itu, 34 ribu ton dipenuhi dari luar negeri. Australia dipilih sebagai negara pemasok lantaran memiliki populasi sapi yang cukup besar. Sepanjang 2011, nilai ekspornya mencapai US$ 4,44 miliar dan ditargetkan akan meningkat 1,6 persen pada 2012.[7]

India, China, RRC

Sepanjang pengalaman Free Trade Agreement dengan China sejak 2004 lalu Indonesia selalu mengalami defisit perdagangan yang besar. Tahun 2011 Indoensia mengalami deficit perdagangan senilai 3,7 miliar US $, sedikit berkurang dibanding 2010 sebesar 5,9 miliar US $. Pemberlakukan kesepakatan perdagangan besas antara China dan Indonesia melalui ASEAN merupakan penyebab utama defisit perdagangan Indonesia dengan Negara tersebut.

Namun dengan India meski mengalami surplus perdagangan cukup besar namun sumber surplus tersebut adalah CPO dan Batubara. India merupakan salah satu Negara tujuan utama ekspor CPO dan Batubara. Demikian pula halnya perdagangan Indonesia Eropa. Dengan demikian sebagian besar surplus perdagangan tersebut diperoleh dari ekspor raw material, bahan mentah yang sesungguhnya sangat diperlukan bagi kebutuhan pembangunan industry nasional.

 

Negara

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

India

  1,799,416

       2,074,716

      2,749,124

      4,357,485

      5,383,959

     6,865,783

      9,396,518

RRC

-1,422,694

     -1,079,184

     -2,605,692

    -7,279,338

     -4,507,752

    -5,935,874

     -3,691,208

Eropa

  3,281,197

       4,469,596

      4,324,797

      3,431,064

      5,432,078

     6,809,515

      8,008,572

Sumber : Bank Indonesia 2012

Kesimpulan

Agenda ASEAN Summit ke-20 di Kamboja pada 18-20 November 2012 yang hendak mengembangklan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sebagai perluasan FTA ASEAN sangat membahayakan ekonomi Indonesia. Ada tiga hal yang akan berpotensi merugikan ekonomi Indonesia terkait dengan rencana tersebut.

Pertama, Indonesia akan menjadi ajang pemburuan sumber daya melalui investasi dalam rangka eksploitasi natural resources melalui penguasaan lahan secara luas oleh penanaman modal besar yang akan semakin memicu kerusakan lingkungan, konflik agraria yang semakin luas.  

Kedua, Indonesia akan menajdi sasaran impor produk-produk olahan dari negara-negara yang menjadi pesaing dagang negara ini. Kebijakan ini akan berpotensi menghancurkan industri nasional baik Industri besar maupun industri kecil.  Sementara hingga saat ini Indonesia belum memiliki arah yang jelas dalam pembangunan industri nasional.

Ketiga, masyarakat Indonesia akan semakin jatuh dalam keterpurukan dan kemiskinan dikarenakan semakin rendahnya akses terhadap lahan,  sumber daya, dan sumber penghidupan lainnya dikeranakan tekanan persaingan oleh investasi skala besar dan impor yang intensif.

 

Jakarta,14 November 2012

Aliansi Keadilan Global



[1] Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur (Kaltim) Johni Anwar di Samarinda, Selasa. http://kaltim.antaranews.com/berita/9550/jepang-jadi-tujuan-ekspor-tertinggi-kaltim

[2] http://internasional.kompas.com/read/2011/04/16/0328536/Tak.Ada.Tambahan.Gas.buat.Jepang

[3] http://www.esdm.go.id/berita/batubara/44-batubara/4557-sumber-daya-batubara-indonesia-capai-105-miliar-ton.html

[4] kata Soegarenda, Selasa (1/11) sore. http://www.bisnis-jatim.com/index.php/2011/11/02/ekspor-ntb-melonjak-16824/

[6] http://finance.detik.com/read/2012/07/24/105443/1973154/4/2/disclamer.html

[7] http://id.berita.yahoo.com/kunjungi-australia-sby-jajaki-impor-sapi-044234879--finance.html

 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar