Kamis, 08 Agustus 2019

[Media_Nusantara] Re: [nasional-list] Siapa Pantas Gantikan Megawati?

 


Pesan untuk PDI P  (tidak mengikat) 
Jika para Angogta dan Kongres PDI P seandainya belum sempat mewujudkan kesatuan pendapat  tentang>  Siapa yang akan menggantikan posisi Ibu Megawati di masa mendatang  , maka menurut hemat saya , nampaknya Alternative terbaik (dan dari banyak segi ) dan pertimbangan, baik  Organisatoris maupun Politis, maka Tiada Tokoh yang lebih baik untuk memimpin Partai PDI P ( paling tidak untuk Periode mendatang)  selain > Pak Ir. JOKOWI (setelah 2024 >  setelah Tidak lagi menjabat Presiden ) .

NOTE : Pertimbangan ini Tidak sama sekali didasarkan atas Rasa Emosi atau pun garis Kedinastian dll, tetapi sebaliknya , berdasarkan Pertimbangan Logis, Politis, Organisatoris, Karrier dan Pengalaman  Praktis , dan terutama dari segi Kepemimpinan dan Dedikasi Moral seorang Tokoh Politik dari Generasi Baru seperti halnya seorang  JOKOWI . (yang sampai saat ini mempunyai Track Record yang Bersih - Tidak Cacat Hukum ). Selanjutnya dan detail selanjutnya , saya rasa Tidak tepat untuk dibahas dalam Forum terbuka seperti ini yang notabene adalah menyangkut Urusan Dalam PDI P .
(Marco)




On Thu, 8 Aug 2019 at 07:44, Sunny ambon ilmesengero@gmail.com [nasional-list] <nasional-list@yahoogroups.com> wrote:
 

Pada umumnya partai politik di NKRI adalah perusahaan politk milik keluarga, jadi yang memegang posisi terpenting dalam partai adalah anggota keluarga. Berbicara tentang siapa pantas gantikan Megawati tentunya tidak perlu jungkir balik otak untuk mencari pengganti, pengganti sudah ada, tinggal diumumkan dan disahkan oleh sendiwara kongres. Tetapi sendainya mau diambil orang di luar lingkungan keluarga, maka orangnya harus sesuai dengan selera kepentingan keluarga pemilik partai.


https://www..cnnindonesia.com/nasional/20190808064250-32-419398/siapa-pantas-gantikan-megawati?utm_source=notifikasi&utm_campaign=browser&utm_medium=desktop



ANALISIS

Siapa Pantas Gantikan Megawati?

CNN Indonesia | Kamis, 08/08/2019 08:25 WIB

Bagikan :    

Siapa Pantas Gantikan Megawati?Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) bersama putrinya Puan Maharani (kiri) dan putranya Muhammad Prananda Prabowo (kedua kanan). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)


Jakarta, CNN Indonesia -- Trah alias keturunan Presiden pertama RI Sukarno di posisi Ketua Umum PDIP dianggap jadi pemersatu partai. Sosok Megawati Soekarnoputri sampai saat ini merupakan opsi yang terbaik untuk keberlangsungan partai banteng bermoncong putih.

Dua cucu Sukarno, Puan Maharani dan Prananda Prabowo, dianggap belum matang untuk mengurus PDIP. Sementara, Presiden Joko Widodo sebagai sosok di luar trah Sukarno dinilai punya peluang namun di sisi lain berpotensi memecah partai. 

Lihat juga:

 Sekjen Sebut Megawati Beri Isyarat Kembali Jadi Ketum PDIP

Regenerasi kepemimpinan PDIP jadi sorotan karena partai penguasa itu tengah menggelar Kongres V PDIP di Bali, 8 hingga 11 Agustus 2019. Agenda utama kongres ini adalah memilih ketua umum baru, meski sudah hampir dipastikan Megawati Soekarnoputri akan terpilih kembali secara aklamasi untuk menduduki jabatan tersebut.


Suksesi di pucuk pimpinan PDIP dinilai krusial mengingat Megawati kini telah berusia 72 tahun. Lantas muncul pertimbangan soal penggantinya yang mungkin berasal dari trah biologis Sukarno, seperti Puan dan Prananda, atau bukan trah biologis Sukarno, seperti Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, misalnya.

Direktur Eksekutif KedaKOPI Kunto Adi Wibowo mengatakan salah satu ancaman bagi PDIP bila kelak tak lagi dipimpin oleh sosok yang berasal dari trah biologis Sukarno adalah ditinggal pemilih.

Presiden pertama RI Sukarno, yang merupakan ayah dari Megawati, mewariskan ideologi marhaenisme. (AFP PHOTO)

Menurutnya, karakter masyarakat Indonesia yang masih memilih parpol berdasarkan ketokohan akan membuat PDIP sulit untuk tidak menjadikan sosok yang bukan trah biologis Sukarno sebagai ketua umum.

"Kehilangan basis pemilih tradisional dan itu risiko besar," kata Kunto kepada CNNIndonesia.com, Rabu (7/8).

Dia menjelaskan, parpol di Indonesia yang bisa keluar dari lingkaran pemilih tradisional saat ini baru Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Lihat juga:

 Megawati Minta Kader Hormati Prabowo di Kongres PDIP

Sementara PDIP, lanjutnya, sama seperti Partai Gerindra dan Demokrat, yang pemilihnya masih bersifat tradisional karena memilih parpol berdasarkan tokoh.

"PDIP sangat sadar kekuatan mereka atau vote mereka dapatkan dari pemilih tradisional," ucap Kunto.

Menurutnya, sosok yang memiliki 'nilai jual' di PDIP saat ini sebenarnya adalah Joko Widodo, Presiden RI. Namun, menurutnya, menyerahkan jabatan Ketua Umum PDIP kepada Jokowi yang notabene bukan trah biologis Sukarno dapat menimbulkan perpecahan di tubuh partai berlambang kepala banteng itu.

Sosok Jokowi dinilai berpotensi jadi pemimpin PDIP lantaran kematangan politik dan daya tariknya, meski dianggap bisa memecah partai karena bukan trah Sukarno. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Di sisi lain, kata Kunto, Puan dan Prananda belum teruji kedewasaannya dalam berpolitik. Berangkat dari itu, ia berpendapat, pilihan terbaik bagi PDIP saat ini adalah menjadikan Megawati sebagai ketua umum lewat Kongres V PDIP.

"Perpecahan sangat mungkin karena trah Sukarno itu pemersatu yang tidak bisa diganggu. Di PDIP ketokohan selain Jokowi belum dewasa, belum teruji dalam banyak hal. Prananda dan Puan ini sedang di-grooming," ujarnya.

Marhaenisme Tetap Hidup

Ketua Pusat Studi Keamanan dan Politik Universitas Padjadjaran Muradi menilai PDIP akan baik-baik saja bila kelak tidak dipimpin yang bukan berasal dari trah biologis Sukarno.

Lihat juga:

 Wasekjen PDIP Akan Sodorkan Puan ke Megawati Jadi Ketua DPR

"[PDIP] akan baik-baik saja, tidak ada masalah," ucap Muradi.

Lepas dari itu, menurutnya ada tiga hal menjadi alasan mengapa saat ini Megawati harus kembali menjadi Ketua Umum PDIP.

Pertama, PDIP adalah partai yang unik dan tidak bisa disamakan dengan partai nasionalis lain. Menurutnya, dibutuhkan simbol penguat ideologi sebagai basis PDIP.

Logo PDIP. (Andika Wahyu)

Kedua, menjadi pemimpin di PDIP tidak mudah. Menurutnya, sosok Ketua Umum PDIP harus memiliki karisma, pengalaman, dan keterampilan.

Ketiga, menjadikan Megawati kembali sebagai Ketua Umum PDIP merupakan simbolisasi 'ibu' yang menjadi karakter PDIP dalam berpolitik selama ini

"Lebih ke simbolisasi, ada kenyamanan yang luar biasa dalam konsep ideologi," ucap Muradi.

Lihat juga:

 Putra Megawati Akan Bawakan Materi Khusus di Kongres PDIP

Menurutnya, ideologi marhaen atau marhaenisme yang selama ini menjadi ciri khas dari sosok trah biologis Sukarno dan PDIP akan selalu hidup meskipun PDIP kelak tak lagi dipimpin sosok trah biologis Sukarno.

Dia berpendapat, marhaenisme akan terus menyesuaikan diri dengan perkembangan situasi politik di tengah masyarakat. 

"Seandainya Puan memimpin, Puan harus bisa mendalami kepemimpinan Megawati yang mengintegarasikan politiknya dengan pemikiran Bung Karno," ujar dia.



Bez virů. www.avast.com

__._,_.___

Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar