Rizal Ramli : Kasus Century Itu "Super WaterGate"
JAKARTA, BARATAMEDIA, Mantan Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur, Dr. Rizal Ramli mengeluarkan suatu pernyataan yang "mengguncang" panggung poliitk. Isunya seputar permainan "kongkalikong" kelas tinggi dibalik proses cairnya bailout untuk Bank Century sebesar 6.7 Triliun.
Tokoh aktivis mahasiswa ITB Bandung di era Orde Baru itu, membuka babak baru keterlibatan tokoh penting dalam kasus megaskandal tersebut. Sama diketahui kasus itu sampai hari ini – sudah memasuki tahun ketiga – masih saja centang perenang.
BARATAMEDIA yang mewawancarainya. Berikut petikan wawancaranya, yang a.l sbb :
BarataMedia : Apa yang ingin anda katakan tentang kasus megaskandal Bank Century ini?
Rizal Ramli : Skandal Bank Century ini jauh lebih dahsyat daripada skandal Watergate yang memaksa presiden Amerika Serikat Nixon, mengundurkan diri 8 Agustus 1974. Ini pesoalan peradaban sebuah bangsa. Berbohong itu terkait dengan basis moralitas. Yang menarik, Nixon yang bolak balik berbohong, memutar balik fakta, menyebar fitnah dan melakukan "operasi sunyi senyap" untuk membungkam proses pemakzulan dirinya, akhirnya menyerah. Padahal Nixon baru saja terpilih lagi menjadi presiden Amerika yang kedua kalinya pada 11 November 1972. Kenapa demikian? Nixon tidak mau tercatat dalam sejarah Amerika sebagai seorang presiden yang diturunkan secara paksa, karena dia pembohong.. Dia memilih mengundurkan diri. Padahal kasusnya 'kan cuma penyadapan.
BM : Nah, relevansinya dengan kasus Bank Century?
RR: Kasus Century itu kan jelas. Kriminal besar. Perampokan uang negara yang terlegitimasi oleh negara. Maka saya berani mengatakan kasus Bank Century adalah "Super Watergate". Bayangkan 6.7 triliun hilang begitu saja di bawah sinar matahari yang terang benderang. Fakta persidangan dan hasil penelusuran Timwas Century maupun hasil pemeriksaan KPK, cukup menjelaskan bobot kejahatan kasus itu. Tapi, kok susah amat menangkap tokoh utamanya.
BM : Siapa tokoh utamanya?
RR : Faktanya jelas, orangnya jelas : Boediono dan Sri Mulyani. Timwas Century dan KPK yang punya bukti.
BM: Apa yang menghambat laju pemeriksaan diri Boediono dan Sri Mulyani?
RR : Dimata publik, litmus test (test paling penting) kredibilitas dan kinerja KPK adalah Skandal Century. Sebetulnya kasus ini bisa diselesaikan sebelum Desember 2013. Selama ini KPK hanya mendengarkan pendapat – pendapat "quasi ahli" yang pro Boediono dan Sri Mulyani. Termasuk penasehat – penasehat gelapnya. Saya mengatakan, sudah waktunya KPK mengundang pakar – pakar independen untuk diadu dengan "quasi ahli" di depan seluruh penyidik KPK.
BM : Anda mengatakan ada seorang "Ibu", katakanlah ibu penting – yang ikut memuluskan bailout Bank Century sebesar 6.7 triliun. Ada nama Prof. Ali Wardhana dan Prof Wijoyo Nitisastro (meninggal 9 Maret 2012,red)
RR: Sudah dibuka oleh BARATAMEDIA. Ali Wardhana itu melarang dibailout. Ceritanya 'kan begini. Sesuai dengan informasi yang A 1 yang saya terima. Atas prakarsa "Ibu" itu, maka Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia dan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dianjurkan berkonsultasi dengan kedua senior ahli ekonomi, Ali Wardhana dan Wijoyo Nitisastro. Nah, Prof. Widjoyo sebaliknya dari Ali Wardhana. Dia menyetujui bailout itu diberikan kepada Bank Century, dengan syarat Boediono harus jadi Wapres dan Sri Mulyani tetap Menteri Keuangan. Nama Boediono itu tidak ada dalam daftar Tim Sembilan Penjaring Cawapres Partai Demokrat. Yang ada antara lain, Hidayat Nurwahid (PKS), Akbar Tanjung dan Agung Laksono (Golkar) dan Sri Mulyani serta beberapa lagi. Tanya Ketua Tim Sembilan, waktu itu Hadi Utomo yang mantan ketua umum Partai Demokrat. Nama Jusuf Kalla itu dari awal sudah tidak dicantumkan. Karena Boediono sukses merekayasa dana bailout itu, maka pilihan jatuh kepada dia.
BM : Artinya anda punya sumber informasi yang akurat, begitu?
RR : Terjemahkan saja sendiri…hee..hee..hee (Rizal Ramli menyebut nama sumbernya itu, tapi meminta supaya tidak dibuka di media,red). Ada dua Budi yang berperan dalam kasus Bank Century. Tapi dua – duanya sudah meninggal duinia. Pertama adalah S. Budi Rochadi, Deputy Gubernur Bank Indonesia, dia meninggal 10 Juli 2011 di New York saat bertugas menghadiri International Banknote Conference. Dan mantan Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Budi Sampoerna yang tutup usia. di RS Premier Surabaya, Nginden Intan Barat, pada 8 Agustus 2011. Kedua almarhum itulah yang dekat dengan Robert Tantular pemilik Bank Century. Melalui Budi Rochadi dan Dewi Tantular dibukalah akses kepada "Ibu" penting itu. Markas penggodokan bailout untuk Bank Century dilakukan disebuah "Hide House" dibilangan perumahan mewah Rafflesia, Cibubur.
Sudah waktunya KPK mengundang pakar – pakar independen untuk diadu dengan "quasi ahli" di depan seluruh penyidik KPK. Juga KPK harus lebih kencang untuk mengaudit aliran dana (Follow The Money). Selama ini kan' KPK seperti sedang di depan jalan buntu. Karena apa?. Karena KPK hanya terjebak melakukan audit kebijakan
JAKARTA, BARATAMEDIA, Mantan Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur, Dr. Rizal Ramli mengeluarkan suatu pernyataan yang "mengguncang" panggung poliitk. Isunya seputar permainan "kongkalikong" kelas tinggi dibalik proses cairnya bailout untuk Bank Century sebesar 6.7 Triliun.
Tokoh aktivis mahasiswa ITB Bandung di era Orde Baru itu, membuka babak baru keterlibatan tokoh penting dalam kasus megaskandal tersebut. Sama diketahui kasus itu sampai hari ini – sudah memasuki tahun ketiga – masih saja centang perenang.
BARATAMEDIA yang mewawancarainya. Berikut petikan wawancaranya, yang a.l sbb :
BarataMedia : Apa yang ingin anda katakan tentang kasus megaskandal Bank Century ini?
Rizal Ramli : Skandal Bank Century ini jauh lebih dahsyat daripada skandal Watergate yang memaksa presiden Amerika Serikat Nixon, mengundurkan diri 8 Agustus 1974. Ini pesoalan peradaban sebuah bangsa. Berbohong itu terkait dengan basis moralitas. Yang menarik, Nixon yang bolak balik berbohong, memutar balik fakta, menyebar fitnah dan melakukan "operasi sunyi senyap" untuk membungkam proses pemakzulan dirinya, akhirnya menyerah. Padahal Nixon baru saja terpilih lagi menjadi presiden Amerika yang kedua kalinya pada 11 November 1972. Kenapa demikian? Nixon tidak mau tercatat dalam sejarah Amerika sebagai seorang presiden yang diturunkan secara paksa, karena dia pembohong.. Dia memilih mengundurkan diri. Padahal kasusnya 'kan cuma penyadapan.
BM : Nah, relevansinya dengan kasus Bank Century?
RR: Kasus Century itu kan jelas. Kriminal besar. Perampokan uang negara yang terlegitimasi oleh negara. Maka saya berani mengatakan kasus Bank Century adalah "Super Watergate". Bayangkan 6.7 triliun hilang begitu saja di bawah sinar matahari yang terang benderang. Fakta persidangan dan hasil penelusuran Timwas Century maupun hasil pemeriksaan KPK, cukup menjelaskan bobot kejahatan kasus itu. Tapi, kok susah amat menangkap tokoh utamanya.
BM : Siapa tokoh utamanya?
RR : Faktanya jelas, orangnya jelas : Boediono dan Sri Mulyani. Timwas Century dan KPK yang punya bukti.
BM: Apa yang menghambat laju pemeriksaan diri Boediono dan Sri Mulyani?
RR : Dimata publik, litmus test (test paling penting) kredibilitas dan kinerja KPK adalah Skandal Century. Sebetulnya kasus ini bisa diselesaikan sebelum Desember 2013. Selama ini KPK hanya mendengarkan pendapat – pendapat "quasi ahli" yang pro Boediono dan Sri Mulyani. Termasuk penasehat – penasehat gelapnya. Saya mengatakan, sudah waktunya KPK mengundang pakar – pakar independen untuk diadu dengan "quasi ahli" di depan seluruh penyidik KPK.
BM : Anda mengatakan ada seorang "Ibu", katakanlah ibu penting – yang ikut memuluskan bailout Bank Century sebesar 6.7 triliun. Ada nama Prof. Ali Wardhana dan Prof Wijoyo Nitisastro (meninggal 9 Maret 2012,red)
RR: Sudah dibuka oleh BARATAMEDIA. Ali Wardhana itu melarang dibailout. Ceritanya 'kan begini. Sesuai dengan informasi yang A 1 yang saya terima. Atas prakarsa "Ibu" itu, maka Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia dan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dianjurkan berkonsultasi dengan kedua senior ahli ekonomi, Ali Wardhana dan Wijoyo Nitisastro. Nah, Prof. Widjoyo sebaliknya dari Ali Wardhana. Dia menyetujui bailout itu diberikan kepada Bank Century, dengan syarat Boediono harus jadi Wapres dan Sri Mulyani tetap Menteri Keuangan. Nama Boediono itu tidak ada dalam daftar Tim Sembilan Penjaring Cawapres Partai Demokrat. Yang ada antara lain, Hidayat Nurwahid (PKS), Akbar Tanjung dan Agung Laksono (Golkar) dan Sri Mulyani serta beberapa lagi. Tanya Ketua Tim Sembilan, waktu itu Hadi Utomo yang mantan ketua umum Partai Demokrat. Nama Jusuf Kalla itu dari awal sudah tidak dicantumkan. Karena Boediono sukses merekayasa dana bailout itu, maka pilihan jatuh kepada dia.
BM : Artinya anda punya sumber informasi yang akurat, begitu?
RR : Terjemahkan saja sendiri…hee..hee..hee (Rizal Ramli menyebut nama sumbernya itu, tapi meminta supaya tidak dibuka di media,red). Ada dua Budi yang berperan dalam kasus Bank Century. Tapi dua – duanya sudah meninggal duinia. Pertama adalah S. Budi Rochadi, Deputy Gubernur Bank Indonesia, dia meninggal 10 Juli 2011 di New York saat bertugas menghadiri International Banknote Conference. Dan mantan Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Budi Sampoerna yang tutup usia. di RS Premier Surabaya, Nginden Intan Barat, pada 8 Agustus 2011. Kedua almarhum itulah yang dekat dengan Robert Tantular pemilik Bank Century. Melalui Budi Rochadi dan Dewi Tantular dibukalah akses kepada "Ibu" penting itu. Markas penggodokan bailout untuk Bank Century dilakukan disebuah "Hide House" dibilangan perumahan mewah Rafflesia, Cibubur.
Sudah waktunya KPK mengundang pakar – pakar independen untuk diadu dengan "quasi ahli" di depan seluruh penyidik KPK. Juga KPK harus lebih kencang untuk mengaudit aliran dana (Follow The Money). Selama ini kan' KPK seperti sedang di depan jalan buntu. Karena apa?. Karena KPK hanya terjebak melakukan audit kebijakan
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar