Pat Gulipat Blok CBM Pertamina ke Sugico
BERITA tentang kerja sama antara Pertamina dengan Sugico membuat kami penasaran. Di dalam konten berita tersebut dinyatakan bahwa Pertamina tanda tangani MOU join study pengembangan CBM (Coalbed Methane) dengan Sugico.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, siapa Sugico ini sehingga perusahaan sebesar Pertamina menggandeng perusahaan yang tidak dikenal kiprahnya di dalam industri migas tersebut?
Setelah ditelisik, berdasarkan sumber Pertamina yang tidak bersedia disebutkan namanya, ternyata MOU tersebut merupakan rencana pengambil alihan sebagian interest dan operatorship beberapa blok CBM yang dimiliki oleh Pertamina. Dari pihak Pertamina diwakili oleh Afdal Bahaudin, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko (PIMR), dan dari pihak Sugico ditandatangani oleh Kokos Leo selaku direktur.
Kabarnya Sugico telah menawarkan proposalnya kepada Pertamina, untuk mempercepat proses Eksplorasi CBM di beberapa blok milik Pertamina. Lagi-lagi pertanyaannya, siapakah Sugico ini?
Hasil penelusuran kami melalui website dan di lapangan menunjukkan bahwa Sugico memang memiliki banyak blok CBM di Indonesia. Dari sekitar 50-an blok CBM yang ada di Indonesia saat ini, Sugico memiliki lebih dari 30 blok (sekitar 60 persen).
Informasi yang kami dapat dari website Sugico menunjukkan bahwa perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan batubara, mineral dan juga CBM. Namun di situ minim informasi dan tidak disebutkan di mana saja wilayah operasi pertambangannya. Rasa penasaran kami pun semakin bertambah.
Kami menggali informasi dari regulator yang bertanggung jawab dalam pengelolaan migas, termasuk di dalamnya CBM. Dari situ kami mendapatkan konfirmasi bahwa benar Sugico memang memiliki banyak sekali wilayah kerja CBM, namun hanya satu-dua saja yang dikerjakan. Sumber kami menyebutkan bahwa satu-dua blok yang dioperasikan itu karena di belakangnya ada perusahaan migas asing yang besar, seperti Exxon, BP dan Santos, yang membeli interest blok-blok itu dari Sugico. Puluhan blok sisanya yang dioperasikan sendiri tidak diapa-apakan oleh Sugico.
Sumber lain menyebutkan bahwa Sugico memang menjual-belikan blok-blok CBM miliknya, terutama kepada perusahaan asing. Sedangkan ia sendiri tidak mengerjakan apa-apa. Menjadi pertanyaan buat kami, mengapa Sugico yang digandeng oleh Pertamina untuk mengerjaka blok-blok CBM, sedangkan informasi yang kami dapatkan menunjukkan bahwa Sugico hanya sejenis perusahaan broker?
Hal ini sangat menarik untuk kami telusuri lebih lanjut. Sumber Pertamina menyebutkan bahwa Sugico berminat untuk mengambil sebagian interest dan sekaligus operatorship di 5 blok CBM. Namun Direksi Pertamina hanya menyetujui 4 blok.
Dari 4 blok CBM tersebut, Pertamina melepas interest nya bervariasi, antara 14 – 30 persen. Di blok-blok CBM tersebut, sebelumnya Pertamina memang sudah bekerja sama dengan Sugico, dengan interest masing-masing antara 65 persen–79 persen. Setelah penjualan itu, interest Pertamina di ke-4 blok tersebut menjadi masing-masing 51 persen. Pertamina share-down. Lantas Pertamina mendapatkan apa dari penjualan interest tersebut?
Sumber Pertamina menyebutkan bahwa Pertamina tidak mendapatkan sesen pun atas pengalihan interest sekaliguas operatorship itu. Dengan kata lain Pertamina memberikannya secara cuma-cuma kepada Sugico yang diduga perusahaan broker itu.
Perjanjian pelepasan interest dan pengalihan operatorship itu dilakukan pertengahan Juli 2013 lalu, yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Ignasius Tenny Wibowo, anak perusahaan Pertamina yang bertugas mengelola blok-blok milik Pertamina yang dikerjasamakan dengan mitra, baik lokal maupun asing.
Sumber di PHE menyatakan tidak tahu menahu terkait pengambil alihan interest secara gratis tersebut. "Itu dari atas semua," ujarnya singkat.
"Direksi kami pun tidak paham apa isi perjanjian yang diteken.", dia menutup pembicaraan.
Setelah kami konfirmasi, "dari atas" itu maksudnya dari Pertamina (Persero), dalam hal ini Direktorat PIMR, yang dinahkodai oleh Afdal Bahaudin.
Sumber lain di Pertamina menyebutkan bahwa sebenarnya pengambil alihan itu tidak sepenuhnya gratis.
"Sugico menalangi Pertamina selama masa eksplorasi 3 tahun pertama. Ya, meskipun masa 3 tahun pertama itu sudah hampir habis, dan Pertamina sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mengerjakan kegiatan Eksplorasi di blok-blok itu. Setelah itu Pertamina keluar uang lagi seperti semula untuk membiaya kegiatan Eksplorasi, karena masa Sugico menalangi hampir habis."
"Selain pengambil alihan secara gratis, ada hal lain yang juga janggal. Sugico yang seharusnya menalangi Pertamina, tetapi pada praktiknya Pertamina keluar uang dulu 100 perseb, baru direimburse ke Sugico. Artinya Pertamina keluar uang lebih besar di awal. Ini akal-akalan." cetusnya.
Ia melanjutkan, bahwa blok-blok yang diambil oleh Sugico itu adalah blok-blok yang bagus. "Pertamina semestinya mendapatkan uang cukup besar dari penjualan interest dan pengambil alihan operatorship ini. Ini jelas ada unsur kerugian negara!", jelasnya.
BERITA tentang kerja sama antara Pertamina dengan Sugico membuat kami penasaran. Di dalam konten berita tersebut dinyatakan bahwa Pertamina tanda tangani MOU join study pengembangan CBM (Coalbed Methane) dengan Sugico.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, siapa Sugico ini sehingga perusahaan sebesar Pertamina menggandeng perusahaan yang tidak dikenal kiprahnya di dalam industri migas tersebut?
Setelah ditelisik, berdasarkan sumber Pertamina yang tidak bersedia disebutkan namanya, ternyata MOU tersebut merupakan rencana pengambil alihan sebagian interest dan operatorship beberapa blok CBM yang dimiliki oleh Pertamina. Dari pihak Pertamina diwakili oleh Afdal Bahaudin, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko (PIMR), dan dari pihak Sugico ditandatangani oleh Kokos Leo selaku direktur.
Kabarnya Sugico telah menawarkan proposalnya kepada Pertamina, untuk mempercepat proses Eksplorasi CBM di beberapa blok milik Pertamina. Lagi-lagi pertanyaannya, siapakah Sugico ini?
Hasil penelusuran kami melalui website dan di lapangan menunjukkan bahwa Sugico memang memiliki banyak blok CBM di Indonesia. Dari sekitar 50-an blok CBM yang ada di Indonesia saat ini, Sugico memiliki lebih dari 30 blok (sekitar 60 persen).
Informasi yang kami dapat dari website Sugico menunjukkan bahwa perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan batubara, mineral dan juga CBM. Namun di situ minim informasi dan tidak disebutkan di mana saja wilayah operasi pertambangannya. Rasa penasaran kami pun semakin bertambah.
Kami menggali informasi dari regulator yang bertanggung jawab dalam pengelolaan migas, termasuk di dalamnya CBM. Dari situ kami mendapatkan konfirmasi bahwa benar Sugico memang memiliki banyak sekali wilayah kerja CBM, namun hanya satu-dua saja yang dikerjakan. Sumber kami menyebutkan bahwa satu-dua blok yang dioperasikan itu karena di belakangnya ada perusahaan migas asing yang besar, seperti Exxon, BP dan Santos, yang membeli interest blok-blok itu dari Sugico. Puluhan blok sisanya yang dioperasikan sendiri tidak diapa-apakan oleh Sugico.
Sumber lain menyebutkan bahwa Sugico memang menjual-belikan blok-blok CBM miliknya, terutama kepada perusahaan asing. Sedangkan ia sendiri tidak mengerjakan apa-apa. Menjadi pertanyaan buat kami, mengapa Sugico yang digandeng oleh Pertamina untuk mengerjaka blok-blok CBM, sedangkan informasi yang kami dapatkan menunjukkan bahwa Sugico hanya sejenis perusahaan broker?
Hal ini sangat menarik untuk kami telusuri lebih lanjut. Sumber Pertamina menyebutkan bahwa Sugico berminat untuk mengambil sebagian interest dan sekaligus operatorship di 5 blok CBM. Namun Direksi Pertamina hanya menyetujui 4 blok.
Dari 4 blok CBM tersebut, Pertamina melepas interest nya bervariasi, antara 14 – 30 persen. Di blok-blok CBM tersebut, sebelumnya Pertamina memang sudah bekerja sama dengan Sugico, dengan interest masing-masing antara 65 persen–79 persen. Setelah penjualan itu, interest Pertamina di ke-4 blok tersebut menjadi masing-masing 51 persen. Pertamina share-down. Lantas Pertamina mendapatkan apa dari penjualan interest tersebut?
Sumber Pertamina menyebutkan bahwa Pertamina tidak mendapatkan sesen pun atas pengalihan interest sekaliguas operatorship itu. Dengan kata lain Pertamina memberikannya secara cuma-cuma kepada Sugico yang diduga perusahaan broker itu.
Perjanjian pelepasan interest dan pengalihan operatorship itu dilakukan pertengahan Juli 2013 lalu, yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Ignasius Tenny Wibowo, anak perusahaan Pertamina yang bertugas mengelola blok-blok milik Pertamina yang dikerjasamakan dengan mitra, baik lokal maupun asing.
Sumber di PHE menyatakan tidak tahu menahu terkait pengambil alihan interest secara gratis tersebut. "Itu dari atas semua," ujarnya singkat.
"Direksi kami pun tidak paham apa isi perjanjian yang diteken.", dia menutup pembicaraan.
Setelah kami konfirmasi, "dari atas" itu maksudnya dari Pertamina (Persero), dalam hal ini Direktorat PIMR, yang dinahkodai oleh Afdal Bahaudin.
Sumber lain di Pertamina menyebutkan bahwa sebenarnya pengambil alihan itu tidak sepenuhnya gratis.
"Sugico menalangi Pertamina selama masa eksplorasi 3 tahun pertama. Ya, meskipun masa 3 tahun pertama itu sudah hampir habis, dan Pertamina sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mengerjakan kegiatan Eksplorasi di blok-blok itu. Setelah itu Pertamina keluar uang lagi seperti semula untuk membiaya kegiatan Eksplorasi, karena masa Sugico menalangi hampir habis."
"Selain pengambil alihan secara gratis, ada hal lain yang juga janggal. Sugico yang seharusnya menalangi Pertamina, tetapi pada praktiknya Pertamina keluar uang dulu 100 perseb, baru direimburse ke Sugico. Artinya Pertamina keluar uang lebih besar di awal. Ini akal-akalan." cetusnya.
Ia melanjutkan, bahwa blok-blok yang diambil oleh Sugico itu adalah blok-blok yang bagus. "Pertamina semestinya mendapatkan uang cukup besar dari penjualan interest dan pengambil alihan operatorship ini. Ini jelas ada unsur kerugian negara!", jelasnya.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar