Komentar singkat ttg berita "Laporan Dahlan Tanpa Bukti" by @TrioMacan2000
Sesuai dgn keterangan m. prakosa ketua BK DPR, laporan DIS ttg nama2 pemeras tsb disebutkan tanpa bukti. Isinya hanya merupakan kronologis suatu peristiwa yg tentu saja tdk dapat dianggap sbg suatu bukti
Pembuktian suatu tindakan kejahatan/pidana apalagi seperti pemerasan tentu sangat sulit krna umumnya scra lisan. Kecuali, misalkan pembicaraan menyangkut pemerasan itu sempat direkam, tertulis, ada saksi2, bukti transfer dst. Bahkan sms dari seseorang yg melakukan pemerasa pun belum dapat dikatakan sbg sebuah bukti. Apalagi DIS disebutkan bukan sbg korban/saksi yg melihat, mendengar dan mengalami scra langsung pemerasan itu. Tapi tentu saja, apa yg disampaikan DIS tsb dapat dianggap sbg petunjuk atau indikasi atas terjadinya pemerasan
BK DPR dapat mendalami informasi yg disampaikan DIS terutama dgn memanggil para direksi BUMN yg menjadi korban. Direksi BUMN yg menjadi saksi itu harus berani berkata jujur dan memberikan bukti2 lain seperti bukti transfer. Atau catatan pengeluaran BUMN yg digunakan utk memenuhi permintaan pemerasan tsb. Namun, direksi BUMN tsb dipastikan tdk akan berani atau mau sampaikan bukti2 krn takut malah jd bumerang
Direksi BUMN yg menjadi korban pemerasan, malah dpt dituduh sbg pelaku penyuapan jika unsur2 pemerasan tdk ada. Sdh jadi rahasia umum di kalangan DPR dan BUMN, bhw hub DPR - BUMN itu salih butuh, benci tp rindu. Direksi BUMN jauh lebih membutuhkan jasa/bantuan agta DPR daripada sebaliknya. pemerasan yg dimaksud oleh DIS itu lebih terkait pada permintaan fee atas jasa yg dijanjikan/diberikan DPR. Artinya, semua itu adalah transaksional. Ada jasa ada fee. Ada barang ada fee. Bahkan BUMN yg tawarkan fee tsb
Direksi BUMN kita sebenarnya banyak yg jauh lebih ganas, tamak, korup, licik dibandingkan agta DPR. Korupsi di BUMN2 sesungguhnya jauh lebih besar drpd korupsi pada dana APBN secara total setiap tahunnya. Korupsi di Pertamina, Telkom, Petral, KS, Antam, BA, PTPN, BUMN pupuk dst..totalnya ratusan triliun / tahun. Korupsi di BUMN2 itulah yg seharusnya jadi FOKUS utama DIS. Bukan pemerasan oleh DPR yg RECEH itu
Jika DIS mau bukti2 ttg korupsi di BUMN2, sebenarnya juga tdk sulit. Pemerintah bs minta bukti transaksi PPATK Atau DIS amati sj diam2 gaya hidup para direksi BUMN. Toh DIS pny belasan ribu wartawan JP sbg mata & telinga Atau DIS selidiki jg kekayaan para stafnya di kemenBUMN. Ada yg pny kekayaan lebih 1 triliun
Kekayaan para staf BUMN yg tidak lazim itu (puluhan, ratusan M & T) sdh jadi rahasia umum. Disamping menerima suap sbg calo proyek, staf2 DIS di kemenBUMN jg byk yg jd calo proyek di BUMN2. Bahkan banyak staf di kemBUMN yg pnya prshan di luar yg disamarkan seolah2 milik org lain. Jadi, isu pemerasan BUMN oleh agta DPR itu mah tdk seberapa. Gampang ditolak oleh direksi BUMN. Malah banyak direksi BUMN yg pura2 bilang diperas, pdhl mrka sendiri yg bermain dibalik itu
Jika terkait PMN BUMN, memang sangat mungkin agta DPR lalu minta fee. Sama seperti alokasi anggaran proyek. Besarnya fee yg diminta ya hampir sama dgn fee proyek 5-7%. Disitukahlah masalahnya. Sulit bagi BUMN utk 'atur'. Jika PMN tsb hny dlm bentuk modal kerja operasional, tdk ada mekanisme di BUMN yg bisa cover fee yg diminta. Direksi BUMN tdk bisa meminta pengusaha rekanan BUMN utk menalangi fee yg diminta oleh agta DPR itu. Berbeda halnya jika anggaran / kebijakan yg diminta dari DPR itu terkait proyek. Bnyk pengusaha yg mau talangi. Dgn asumsi keuntungan 30-40%, pengusaha2 rekanan BUMN berani keluarkan 5-15% di depan utk DPR & dir BUMN. Sdh jadi rahasia umum, jika DPR minta fee ke BUMN, dir BUMN jg minta fee ke rekanan2 BUMN, malah bs lebih besar. Singkatnya adlaah : BUMN2 kita itu sesungguhnya lebih korup dari DPR5. Hanya saja, korupsi2 gila2an di BUMN2 itu jarang diungkap oleh media krn berbagai alasan
Mengenai praktek dan modus korupsi anggta DPR dan direksi BUMN serta staf2 di kemeBUMN sdh banyak sy bahas. Itu saja pak, komentar singkat sy ttg berita KOMPAS yg sebutkan bhw info dari DIS tdk berdasarkan bukti. Sekian
berita terkait :
Lagi-lagi, Dahlan Serahkan Nama Tanpa Bukti ==> http://nasional.kompas.com/read/2012/11/08/14143577/Lagilagi.Dahlan.Serahkan.Nama.Tanpa.Bukti?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Dahlan+Iskan+Versus+Dpr
Sesuai dgn keterangan m. prakosa ketua BK DPR, laporan DIS ttg nama2 pemeras tsb disebutkan tanpa bukti. Isinya hanya merupakan kronologis suatu peristiwa yg tentu saja tdk dapat dianggap sbg suatu bukti
Pembuktian suatu tindakan kejahatan/pidana apalagi seperti pemerasan tentu sangat sulit krna umumnya scra lisan. Kecuali, misalkan pembicaraan menyangkut pemerasan itu sempat direkam, tertulis, ada saksi2, bukti transfer dst. Bahkan sms dari seseorang yg melakukan pemerasa pun belum dapat dikatakan sbg sebuah bukti. Apalagi DIS disebutkan bukan sbg korban/saksi yg melihat, mendengar dan mengalami scra langsung pemerasan itu. Tapi tentu saja, apa yg disampaikan DIS tsb dapat dianggap sbg petunjuk atau indikasi atas terjadinya pemerasan
BK DPR dapat mendalami informasi yg disampaikan DIS terutama dgn memanggil para direksi BUMN yg menjadi korban. Direksi BUMN yg menjadi saksi itu harus berani berkata jujur dan memberikan bukti2 lain seperti bukti transfer. Atau catatan pengeluaran BUMN yg digunakan utk memenuhi permintaan pemerasan tsb. Namun, direksi BUMN tsb dipastikan tdk akan berani atau mau sampaikan bukti2 krn takut malah jd bumerang
Direksi BUMN yg menjadi korban pemerasan, malah dpt dituduh sbg pelaku penyuapan jika unsur2 pemerasan tdk ada. Sdh jadi rahasia umum di kalangan DPR dan BUMN, bhw hub DPR - BUMN itu salih butuh, benci tp rindu. Direksi BUMN jauh lebih membutuhkan jasa/bantuan agta DPR daripada sebaliknya. pemerasan yg dimaksud oleh DIS itu lebih terkait pada permintaan fee atas jasa yg dijanjikan/diberikan DPR. Artinya, semua itu adalah transaksional. Ada jasa ada fee. Ada barang ada fee. Bahkan BUMN yg tawarkan fee tsb
Direksi BUMN kita sebenarnya banyak yg jauh lebih ganas, tamak, korup, licik dibandingkan agta DPR. Korupsi di BUMN2 sesungguhnya jauh lebih besar drpd korupsi pada dana APBN secara total setiap tahunnya. Korupsi di Pertamina, Telkom, Petral, KS, Antam, BA, PTPN, BUMN pupuk dst..totalnya ratusan triliun / tahun. Korupsi di BUMN2 itulah yg seharusnya jadi FOKUS utama DIS. Bukan pemerasan oleh DPR yg RECEH itu
Jika DIS mau bukti2 ttg korupsi di BUMN2, sebenarnya juga tdk sulit. Pemerintah bs minta bukti transaksi PPATK Atau DIS amati sj diam2 gaya hidup para direksi BUMN. Toh DIS pny belasan ribu wartawan JP sbg mata & telinga Atau DIS selidiki jg kekayaan para stafnya di kemenBUMN. Ada yg pny kekayaan lebih 1 triliun
Kekayaan para staf BUMN yg tidak lazim itu (puluhan, ratusan M & T) sdh jadi rahasia umum. Disamping menerima suap sbg calo proyek, staf2 DIS di kemenBUMN jg byk yg jd calo proyek di BUMN2. Bahkan banyak staf di kemBUMN yg pnya prshan di luar yg disamarkan seolah2 milik org lain. Jadi, isu pemerasan BUMN oleh agta DPR itu mah tdk seberapa. Gampang ditolak oleh direksi BUMN. Malah banyak direksi BUMN yg pura2 bilang diperas, pdhl mrka sendiri yg bermain dibalik itu
Jika terkait PMN BUMN, memang sangat mungkin agta DPR lalu minta fee. Sama seperti alokasi anggaran proyek. Besarnya fee yg diminta ya hampir sama dgn fee proyek 5-7%. Disitukahlah masalahnya. Sulit bagi BUMN utk 'atur'. Jika PMN tsb hny dlm bentuk modal kerja operasional, tdk ada mekanisme di BUMN yg bisa cover fee yg diminta. Direksi BUMN tdk bisa meminta pengusaha rekanan BUMN utk menalangi fee yg diminta oleh agta DPR itu. Berbeda halnya jika anggaran / kebijakan yg diminta dari DPR itu terkait proyek. Bnyk pengusaha yg mau talangi. Dgn asumsi keuntungan 30-40%, pengusaha2 rekanan BUMN berani keluarkan 5-15% di depan utk DPR & dir BUMN. Sdh jadi rahasia umum, jika DPR minta fee ke BUMN, dir BUMN jg minta fee ke rekanan2 BUMN, malah bs lebih besar. Singkatnya adlaah : BUMN2 kita itu sesungguhnya lebih korup dari DPR5. Hanya saja, korupsi2 gila2an di BUMN2 itu jarang diungkap oleh media krn berbagai alasan
Mengenai praktek dan modus korupsi anggta DPR dan direksi BUMN serta staf2 di kemeBUMN sdh banyak sy bahas. Itu saja pak, komentar singkat sy ttg berita KOMPAS yg sebutkan bhw info dari DIS tdk berdasarkan bukti. Sekian
berita terkait :
Lagi-lagi, Dahlan Serahkan Nama Tanpa Bukti ==> http://nasional.kompas.com/read/2012/11/08/14143577/Lagilagi.Dahlan.Serahkan.Nama.Tanpa.Bukti?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Dahlan+Iskan+Versus+Dpr
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar