Senin, 17 Maret 2014

[Media_Nusantara] PERJALANAN PERJUANGAN KEMANUSIAAN

 

PERJALANAN PERJUANGAN KEMANUSIAAN

by Jasmine Wibisono (putri Christianto Wibisono)

Desember 2001 merupakan waktu yang mempunyai banyak makna bagi manusia di dunia ini. Pada bulan ini ada 3 hari raya besar yang diperingati oleh peradaban dunia. Pada ketiga hari raya ini seluruh anggota keluarga
berkumpul bersama, mensyukuri semua berkat yang diberikan oleh Tuhan serta mengingat sejarah yang membawa mereka kepada peradaban dunia saat ini. Pada tanggal 10 Desember hari raya Hannukah yang merupakan hari raya kaum Yahudi dimulai dan akan berlangsung selama 8 hari berturut-turut. Hannukah merayakan kemenangan suku Maccabees, salah satu suku bangsa Yahudi atas perlawanan terhadap bangsa Yunani dan pemimpinnya Antiochus. Perlawanan ini terjadi 2200 tahun yang lalu tepatnya tahun 164 sebelum Masehi. Bangsa Yunani pada saat itu ingin menguasai dunia dengan agama, budaya dan peradabannya termasuk terhadap bangsa Yahudi. Selama 7 tahun penuh suku ba ngsa Maccabees sebagai kaum minoritas melawan dengan gigih dan pada akhirnya memenangkan peperangan dengan Antoichus dan serdadunya yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada Maccabees. Menyusul kemenangan tersebut bangsa Yahudi kembali ke Holy Temple yang merupakan tempat ibadah suci mereka yang sempat dihancurkan oleh bangsa Yunani. Setelah mereka membersihkan dan memperbaiki Holy Temple sekedarnya, mereka menyalakan N'er Tamid (lilin kekekalan). Mereka hanya memiliki satu to! ples minyak suci yang hanya cuku p untuk menyalakan lilin selama satu hari. Sementara itu dibutuhkan waktu 8 hari untuk keluar dari kota dan kembali lagi dengan minyak yang cukup. Tetapi mukjizat terjadi dan minyak suci yang terbatas ternyata mampu mempertahankan nyala lilin selama 8 hari.

Pada hari raya Hannukah kaum Yahudi merayakan mukjizat yang diberikan baik atas kemenangan dalam peperangan oleh kaum minoritas Yahudi terhadap diktator Yunani serta mukjizat atas lilin yang mampu menyala selama 8 hari 8 malam hanya dengan minyak yang terbatas. Kaum Yahudi merayakan Hannukah dengan menyalakan lilin satu demi satu selama 8 hari berturut-turut dan mengucapkan doa syukur atas mukjizat yang terjadi.

Pada tanggal 16 Desember kaum Islam di dunia akan memperingati hari Raya Idul Fitri. Setelah berpuasa penuh selama 1 bulan di bulan suci Ramadhan, kaum Islam merayakan klimaksnya dengan berkunjung kepada seluruh kerabat dan beramah tamah. Kesempatan ini digunakan untuk saling memaafkan dan memulai hubungan yang baru bersih akan amarah dan dendam.

Kaum Kristen/Katolik di seluruh dunia akan merayakan Natal pada 25
Desember untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus yang rela merendahkan diri, turun ke dunia, menyelamatkan manusia yang berdosa. Natal mengingatkan manusia untuk rendah hati dan mencint ai sesama seperti Yesus  yang rela terhina demi cinta kasihnya terhadap manusia.

Selama 3,5 tahun tinggal di Washington DC dan 3 kali merayakan Natal di
negara yang berakar dari semangat kekristenan, bulan Desember tahun ini merupakan bulan Natal yang paling memprihatinkan tetapi sekaligus sangat berarti. Memprihatinkan karena banyak keluarga dari korban teror 11 September kehilangan anggota keluarga yang dikasihi dan tidak bisa
berkumpul di waktu yang paling berarti sepanjang tahun. Beberapa kenalan di tempat saya bekerja yang keluarganya menjadi korban teror di Pentagon merasakan ke sedihan yang sangat karena Natal kali ini berbeda. Banyak juga keluarga yang tidak mampu memberikan hadiah Natal bagi anggotanya karena mereka kehilangan pekerjaan akibat resesi ekonomi dan PHK yang merajalela di seluruh Amerika. Di Amerikapun tidak sedik it yang bukan saja tidak bisa memberikan hadiah Natal, bahkan untuk makan dan membayar pengeluaran bulanan saja tidak mampu.

Bulan Natal ini berarti, karena di negara inilah 3 hari raya peradaban
dunia, Hannukah, Idul Fitri dan Natal dapat dirayakan secara bersamaan
secara damai dan tentram. Di pusat kota Washington DC dapat dilihat pohon Natal, Lilin Hannukah serta Pidato Pre sident Bush menyambut Idul Fitri.

Juga pada Natal tahun ini, rakyat Amerika disentuh lubuk hatinya untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, di tengah ancaman teroris dan peperangan melawan kebiadaban yang akan berlangsung lama. Bagi keluarga Christianto Wibisono, sebagai umat Kristen, Natal tahun ini memiliki arti tersendiri terutama bagi saya. Sebagai anak dari tokoh kontroversial, kehidupan saya sering diterpa berbagai ancaman. Demi menyuarakan kebenaran dan berpegang teguh p ada prinsip kemanusiaan dan keadilan, berkali-kali keluarga kami harus menguatkan diri untuk lolos dari berbagai pencobaan. Sejak usia 2 tahun, saya sering ditinggalkan oleh ayah saya akibat berbagai tulisan yang dipublikasikan dan mengundang amarah pemer intah Indonesia di jaman Soeharto. Ketika saya baru berumur belasan tahun saya harus menghadapi kenyataan pahit jiwa ayah saya terancam karena mengkritik pemerintahan Soeharto. Tahun demi tahun selama 30 tahun, saya hidup di dalam kekuatiran bahwa suatu saat saya tidak akan bertemu lagi dengan ayah saya karena dia ditangkap, dianiaya atau dibunuh oleh musuh-musuhnya yang membenci apa yang disuarakan beliau melalui tulisannya. Bahkan setelah tinggal di Amerika selama 3, 5 tahun! , rumah kami di Jakarta pun masih sering diteror oleh penelpon gelap maupun menerima surat ancaman untuk menghabiskan kami sekeluarga jika ayah saya tidak berhenti menulis.

Walaupun senantiasa diancam dan dikecam, ayah saya pantang mundur berjuang demi kemanusiaan. Seringkali akibatnya kami harus membayar konsekuensi yang tidak mudah. Menjelang Natal tahun lalu ketika kakak perempuan ayah saya meninggal akibat kanker lever, kami sekeluarga tidak dapat kembali ke Indonesia karena situasi yang mungkin dapat mengancam jiwanya. Ketika rumah saya dibakar dan dijarah pada kerusuhan Mei 1998 saya pun kena getahnya digossipkan diperkosa dan dianiaya. Pada saat kami pindah ke Amerika karena ancaman bahwa ayah saya akan ditangkap oleh ABRI, banyak orang mengecam kami sebagai penghianat bangsa yang lari keluar negeri. Padahal mereka tidak mengerti ritme kehidupan yang harus kami jalankan. Namun di tengah bahaya yang sering kami hadapi, ayah saya tetap mencintai sesama manusia dan terus berjuang melawan ketidakadilan. Beliau merupakan bukti hidup manusia yang mengorbankan kepentingan dan kebahagian pribadi serta keluarga demi cinta kasih te rhadap sesama manusia. Walaupun teror, ketidakadilan, ketidakbenaran akan terus mewarnai kehidupan manusia sepanjang zaman, tetapi dia memberikan contoh kepada masyarakat, kepada umat Kristen dan kepada anak cucunya bahwa hidup manusia mempunyai arti yang lebih besar daripada sekedar harta benda, jabatan, dan uang. Ayah saya membuktikan bahwa di tengah kemelut dunia dengan tekad dan motivasi yang penuh, manusia bisa tetap hidup memegang prinsip kebenaran dan diberkati oleh Tuhan. Dia senantiasa berbeban untuk membantu kaum yang tertindas tanpa membedakan ras dan agama.

Selama 30 tahun jiwa saya dibentuk menjadi jiwa yang mencintai kebenaran, membenci kejahatan dan ketidakadilan. Saya pun terpanggil untuk ikut berperan dalam mengukir sejarah dan berjuang demi hak asasi manusia melalui kegiatan kemanusiaan. Semua ini tid ak datang begitu saja, tetapi melalui proses yang saya alami sebagai anak dari serorang tokoh kontroversial. Bagi saya, ayah saya memberikan landasan kepribadian dan moral tinggi yang dibutuhkan dunia saat ini bagi anak-anak dan cucu-cucunya.

Natal tahun ini merupakan saatnya bagi saya dan keluarga, juga bagi semua manusia untuk merenungkan arti dan panggilan hidup masing-masing. Setiap manusia diberikan talenta dan kemampuan serta jiwa dan panggilan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya setiap m anusia memiliki hati nurani dan panggilan hati nurani. Bukan merupakan kewajiban setiap orang untuk aktif berjuang melawan ketidakadilan, tetapi merupakan tanggung jawab setiap manusia untuk mempertahankan hati nuraninya bercahaya. Apakah arti Natal bagi saudara? Dimana hati nurani saudara sekarang berada? Ketika anda mendengar ketidakbenaran dan ketidakadilan, di mana suara hati saudara? Apakah anda merupakan bagian dari kelompok yang bersedih dan berdoa melihat penindasan ataukah anda merupakan bagian dari pihak yang menindas?

Pada hari Natal ini melalui artikel ini saya secara khusus ingin mengucapkan Selamat Natal kepada ayah saya, Christianto Wibisono, yang selama hidupnya memberikan jiwa dan pikirannya bagi masyarakat. Saatnya kini bagi saya sebagai anak yang telah diberika n bijaksana, wawasan dan bekal moral oleh beliau untuk secara publik memberikan penghargaan kepadanya bahwa cinta kasih yang diberikan Tuhan kepada saya melalui dia merupakan harta yang paling berharga. Walaupun sepanjang kehidupan saya harus menerima ancaman, kecaman dan jiwa saya dalam bahaya untuk berperan dalam sejarah, walaupun kecil, memperjuangkan hak asasi manusia, saya akan tetap bertahan karena dia telah membuktikan bahwa itu bukan sesuatu yang mustahil. Seperti mukjizat pada Hannukah, demikian juga saya yakin akan kesetiaan Tuhan kepada umatNya yang taat kepadaNya.

Pada akhirnya saya ucapkan Selamat Idul Fitri bagi umat Islam dan Selamat Natal bagi seluruh umat Kristen di Indonesia.

 --
Artikel ini ditulis oleh Jasmine Wibisono, puteri sulung Christianto
Wibisono sebagai hadiah Natal bagi ayahnya.   pada Tanggal 22 Desember 2001

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar