Senin, 19 Maret 2012

[Media_Nusantara] [JATAM] BBM Mau Naik, Kegiatan Nelayan dan Petani Terhenti

 

BBM Mau Naik, Kegiatan Nelayan dan Petani Terhenti
 
TEMPO.CO, Medan - Meski masih berupa rencana, namun isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 1 April 2012 sudah berimbas pada kegiatan nelayan dan petani jagung di Sumatera Utara. Di Kabupaten Langkat, ribuan nelayan tradisional mulai menghentikan kegiatan melaut akibat harga solar tembus Rp 6.000 per liter. Padahal, pemerintah belum resmi menaikkan harga jualnya.

Presidium Nasional Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia Sumatera Utara Tajruddin Hasibuan mengatakan, meski harga BBM belum resmi naik, namun isu kenaikan harga minyak sudah berdampak buruk bagi nelayan. "Harga jual solar sudah tembus Rp 6.000 per liter meski pemerintah belum menaikkan harga minyak, " kata Tajruddin kepada Tempo, Senin, 12 Maret 2012.

Kondisi itu, menurut Tajruddin, kian parah karena solar sulit diperoleh akibat stasiun pengisian bahan bakar khusus untuk nelayan tak punya stok solar lagi sejak sepekan terakhir. Keadaan ini terjadi di Pulau Sembilan dan Pulau Kampai Langkat.

"Dengan kondisi seperti itu, banyak nelayan memutuskan berhenti melaut. Dengan harga solar Rp 6.000 per liter seperti sekarang ini, nelayan sudah kesulitan melaut. Apalagi jika pemerintah resmi mengumumkan harga kenaikan BBM 1 April 2012 mendatang?" kata Tajruddin.

Dia mengatakan, dengan harga beli solar yang melambung, nelayan harus mengeluarkan Rp 3 juta selama tujuh hari di laut, termasuk biaya makan. Dari total biaya pengeluaran itu, nelayan harus membeli 80 liter kebutuhan solar kapal tradisional dengan ukuran 5 gross ton untuk seminggu.

"Biaya untuk solar saja Rp 480 ribu di luar biaya makan. Padahal, sebelum rencana kenaikan minyak berhembus, harga beli solar rata-rata Rp 5.000 per liter. Dengan kondisi ini, nelayan sudah pasrah tak melaut lagi. Nelayan tradisional tak punya pilihan pekerjaan lain, kecuali mencari ikan," tutur Tajruddin.

Tak hanya nelayan saja yang terkena imbas isu kenaikan BBM. Ribuan petani jagung turut terimbas. Ketua Asosiasi Petani Jagung Nusantara Sumatera Utara Yusuf Pehulisa Sitepu menyatakan, rencana pemerintah menaikkan harga minyak turut mempengaruhi harga jual jagung dari petani ke pengecer.

"Isu kenaikan harga BBM membuat harga jual jagung produk petani Karo jatuh. Harga pekan ini di kisaran Rp 2.000 per kilogram. Sebelum isu kenaikan minyak berembus, harga masih di atas Rp 2.200 per kilogram," kata Yusuf Sitepu kepada Tempo.

Yusuf memperkirakan turunnya harga jual jagung akibat pedagang pengumpul sudah menghitung ongkos angkut dari ladang-ladang jagung ke kota akibat isu kenaikan bahan bakar. "Kami bicara kepada pedagang pengumpul. Mereka (pedagang pengumpul) menekan harga jagung kualitas terbaik dari Kabupaten Karo dari Rp 2.200 per kilogram menjadi Rp 2.000 per kilogram berdasarkan perhitungan harga BBM yang akan dinaikkan April mendatang," ujar Sitepu.

Kondisi itu, kata Yusuf kian diperparah dengan membanjirnya jagung impor dari India yang masuk ke Sumatera Utara. Harga jagung impor, kata Yusuf, di bawah Rp 1.600 per kilogram. "Ribuan petani jagung nusantara di Sumatera Utara akan berhenti menanam jika pemerintah tetap menaikkan harga minyak," kata Yusuf.

Di Sumatera Utara, Yusuf mengatakan, Kabupaten Karo merupakan sentra produksi jagung terbesar dengan kualitas jagung terbaik. Karo memiliki sekitar 5.000 hektare ladang jagung disusul Langkat sekitar 3.000 hektare dan Deli Serdang 2.000 hektare. Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara M. Roem belum bisa dikonfirmasi. Pesan singkat dan telepon Tempo belum dibalas Roem.

SAHAT SIMATUPANG



--
Priyo Pamungkas Kustiadi
08561903417

Media Communication and Outreach
Jaringan Advokasi Tambang


__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar