Selasa, 07 April 2015

[Media_Nusantara] Waspada ! Ada Bahaya Perang Asimetris di depan mata

 

Waspada ! Ada Bahaya Perang Asimetris di depan mata

By ST Natanegara

Perubahan geopolitik di Timur Tengah jangan melenakan kita akan perubahan geopolitik di kawasan Asia Tenggara

"If you would understand world geopolitics today, follow the oil", jangan salah, selain ikuti sumbernya ikuti juga jalur distribusinya, Barang siapa ingin memahami geopolitik maka ikuti fluktuasi oil dan telusuri sumber energi.... saya tambahkan ikuti juga jalur distribusinya, Maka dimana sumber energi itu melimpah, kepentingan banyak negara akan beradu kuat disana, termasuk pengamanan jalur distribusinya

Terkait konflik di Yaman tidak bisa dilepaskan dari kepentingan pengamanan sumber dan jalur distribusi energi, Banyak yang bertanya, kok negara2 di Timeng doyan banget berperang?  kawasan jantung dunia ini memang berhawa "panas", Sejak perang Teluk I, banyak analis menyatakan bahwa siapa saja yang ingin kuasai dunia maka hendaknya bisa kuasai Timteng

Tidak bisa dibantah bahwa Dunia sekarang bergerak tergantung asupan energi yang mana mayoritas disuplai oleh kawasan Timur Tengah, USA dalam hal ini telah menang langkah dengan berhasil membuat Timur Tengah tergantung padanya, termasuk penggunaan dolar dalam transaksi, Mayoritas negara-negara Timur Tengah berada dalam "kontrol" terbatas oleh USA, nuansa saling ketergantungan tercipta, Setelah sumber oil dan gas "bisa" diamankan, selanjutnya tentu saja menjamin keamanan jalur distribusinya, disinilah Indonesia terkait

USA tergantung Timteng, Rusia lebih bisa mandiri dan Tiongkok punya strateginya sendiri, ketiganya terkait dalam isu energy security, Geopolitik dunia semakin berkembang, tidak hanya dipengaruhi sumber energi tapi juga isu ketahanan dan jaminan pasokan energi, Bahkan sudah banyak makalah yang menyebutkan bahwa dunia sekarang sedang dalam kondisi perang memperebutkan sumber daya global, USA, Rusia, Tiongkok, India, Canada, Uni Eropa dan banyak negara besar lainnya sedang memperebutkan sumber energi

Dimana posisi Indonesia?

Kita termasuk negara penghasil energi walaupun terbatas dan negara yang menguasai jalur distribusi energi, Kita punya selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok yang sejatinya diperebutkan kontrolnya oleh banyak negara, Kita masih ingat bagaimana getolnya USA berusaha mengontrol keamanan di Selat Malaka.... hingga memamerkan kekuatan militernya di Singapura, Beberapa strategi telah dijalankan oleh USA untuk menegaskan keberadaannya di Asia khususnya Asia Tenggara dan Samudera Hindia

USA ingin secepatnya membangun sistem pertahanan rudal di Asia yang tentu saja ditujukan untuk mengimbangi dominasi Tiongkok dan India, USA juga telah menyatakan akan memperluas keikutsertaan militernya di Asia Tenggara dan Samudera Hindia dengan cover pengamanan laut, USA telah menyatakan akan meningkatkan kerjasamanya dengan Australia dan dibuktikan dengan penempatan pasukan di Darwin, USA juga telah memperkuat kerjasama militer dengan Singapura dan memang alutsistanya terlihat sering parkir di Singapura

Apakah hanya USA saja yang berkepentingan dengan Asia Tenggara khususnya Indonesia? tidak karena Tiongkok pun mulai masuk, Sebagai salah satu negara pengguna energi terbesar di dunia, sudah pasti Tiongkok mencemaskan keamanan jalur distribusi energi ke Tiongkok, Terkait jaminan pasokan energi, mau tidak mau Tiongkok harus menoleh ke Asia Tenggara khususnya Indonesia, Selat Malaka menjadi perhatian pemerintahan Tiongkok, mereka merasa berkepentingan untuk mengontrol keamanan jalur laut ini

Tiongkok dan USA menyadari pentingnya kontrol di Samudera Hindia dan Selat Malaka karena sangat strategis sebagai jalur distribusi, 70% perdagangan dunia melewati Samudera Hindia 25% perdagangan minyak dan gas melalui Selat Malaka, sangat strategis, Saya yakin bahwa pertemuan Presiden Jokowi dengan pemimpin Tiongkok kemarin pasti juga membicarakan isu yang ini

Tiongkok tidak mengutamakan pendekatan militernya, tapi sedang menerapkan strategi pendekatan ekonomi melalui investasi, Sudah pernah saya bahas mengenai strategi Tiongkok dengan konsep new silk roadnya yang mana bertemu dengan strategi Poros Maritim Jokowi, Mau tidak mau memang Indonesia akan berbenturan dengan kepentingan Tiongkok, sumber terpercaya mengatakan Indonesia jadi target, Indonesia menjadi salah satu terget yang hendak dikucuri miliaran dolar dalam bentuk investasi bercover kemitraan strategis, Bahkan Indonesia dipilih sebagai lokasi kantor pusat bank insfrastruktur yang mana Tiongkok sbg motornya dengan kucuran modal 50Miliar USD

Inilah kenapa saya sering mengingatkan Pemerintah mengenai penerapan visi dan misi Poros Maritim harus mempertimbangan geopolitik kawasan, Dalam mengaplikasikan strategi Poros Maritim, pengambil kebijakan harus memiliki pemahaman dan geopolitic awareness, agar tidak dilindas

Selat Lombok, Selat Malaka dan Selat Sunda adalah harta dan sekaligus modal yang sangat berharga dalam membangun wibawa negara, Australia, Tiongkok, New Zealand, Singapore, Malaysia, Korea, Jepang dan negara Timteng sangat tergantung pada perairan Indonesia, Dengan posisi demikian, tidak salah jika dikatakan hidup matinya Australia dan Singapura itu tergantung Indonesia, Bayangkan jika Indonesia punya pemimpin berkepala batu yang kemudian berani menutup Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Sunda?

Pemerintah mau tidak mau harus mempertimbangkan pergeseran geopolitik dari kawasan Timteng ke kawasan Asia Tenggara, Seyogyanya strategi Poros Maritim betul-betul memperhatikan isu geopolitik sebagai dasar penyusunan kebijakan teknis pendung Poros Maritim. Tidak boleh lagi Indonesia hanya dijadikan sebagai proxy economic war, diciptakan sebagai negara konsumsi bergantung impor, Poros Maritim harus mempertimbangkan masalah penempatan pasukan marinir USA di Darwin, mempertimbangkan keberadaan USA di Singapura, Mempertimbangkan penguatan kontrol USA di selat Malaka dan penguasaan udara oleh Singapura, Harus pula mempertimbangkan nilai strategis Selat Sunda, Selat Lombok dan selat2 lainnya apabila kita lepas kontrol di Selat Malaka

Bila Poros Maritim tidak bisa melihat perubahan geopolitik sebagai pijakan utamanya, maka tak ubahnya sebagai konsep setengah jadi, Tanpa mempertimbangkan perubahan geopolitik kawasan, Poros Maritim hanya enak didengar tapi sulit dipraktekkan, Mendekatkan diri ke Tiongkok menjadi hal yang dibenarkan selama dalam batas kerjasama strategis yang setara dan saling menguntungkan

Indonesia harus memiliki cara dan skenario yang cukup strategis sebagai panduan untuk membangun kerjasama strategis dengan Tiongkok, Kita harus waspada dengan yang ada di Selatan, juga Utara yang siap membelanjakan ribuan miliar Dolar untuk memperluas pengaruhnya, Jokowi dan JK harus punya pijakan yang kuat karena bila tidak maka Indonesia bisa masuk perangkap Tiongkok lewat skenario kerjasama ekonomi. Jika sebelumnya hanya Timur Tengah, sekarang siapapun yang menguasai Samudera Hindia, maka dapat menjadi pemimpin dalam percaturan dunia!

Dari uraian yang telah saya sampaikan, setidaknya anda bisa membayangkan apa sebenarnya yang akan kita hadapi di masa depan....

Perang Asimetris

Winning the hearts and minds of the people ini paling utama dalam perang asimetris seperti yang terjadi dewasa ini, Bagaimana cara si lemah mengalahkan si kuat? tentunya seluruh potensi si lemah harus digunakan untuk menekan titik lemah si kuat

Dalam perang asimetris, pemikiran maupun strategi yang digunakan memang tidak terpaku pada aturan perang yang selama ini ada, Contoh paling ekstrim adalah strategi digital media campaign yang dilakukan oleh ISIS maupun Al Qaedah.... menjadikan terlihat sangat kuat

IS maupun Al Qaedah tau betul yang namanya deterrent effect itu apa, rilis propaganda mereka jelas mampu menggetarkan banyak pihak, Dengan digital media campaign yang terorganisir rapi, baik ISIS maupun Al Qaeda mampu mengundang banyak simpatisannya bergabung

Perang asimetris memang selalu melibatkan si lemah melawan si kuat, si lemah ini bisa berupa sebuah negara, organisasi maupun kelompok, Keunggulan si lemah dalam perang asimetris adalah keleluasaannya untuk bergerak lebih dinamis, .Keleluasaan untuk bergerak adalah keunggulan ISIS dan Al Qaedah, mereka tau bagaimana memenangkan hati dan pikiran pendukungnya, Strategi propaganda melalui media dikombinasikan dengan aksi dilapangan menjadikan mereka melenggang leluasa memenangkan banyak palagan, Menghadapi si lemah yang tau bagaimana meracik strategi dalam perang asimetris sangatlah sulit, alih2 menang malah bisa jadi bumerang

Bagaimana dengan krisis di Yaman? konflik inipun menjurus ke perang asimetris antara si kuat koalisi Arab melawan pemberontah Houthi, Belum bisa diramalkan apa hasil dari kampanye perang yang dilakoni koalisi Arab pimpinan Arab Saudi ini dengan operasi "Decisive Strorm"nya, Pemberontak Houthi memiliki keunggulan sebagai aktor non negara dalam konflik ini, mereka bebas bergerak dan merilis propagandanya, Mereka berada di posisi yang lebih kuat dan unggul untuk pencitraan di media karena berada disisi dimana rakyat berada sebagai korban

Arab Saudi Cs. memang mengatakan target "Decisive Strorm" adalah mengembalikan kekuasaan Presiden Yaman dan menciptakan stabilitas keamanan,Walaupun mungkin target pertama tersebut bisa berhasil tapi operasi ini memunculkan kesan arogan dimata rakyat Yaman, Gerilyawan Houthi juga tau bagaimana berperan dalam konflik ini, rilis berita tentang korban sipil disebar luaskan, Dukungan dari negara yang sepaham pun dimanfaatkan, bahkan pendukung utamanya juga sedang memainkan peranan meraih dukungan internasional

Konflik Yaman ini banyak faktor yang menarik untuk dianalisis, mulai dari pertentangan agama sampai faktor geopolitik dan geostrategi, Setiap faktor tersebut memiliki andil sebagai pemicu pecahnya konflik antara koalisi Arab melawan Pemberontah Syiah Houthi, Analis banyak yang mengutarakan bahwa konflik Yaman ini hanyalah front baru tempat perebutan pengaruh seperti terjadi di Irak dan Suriah, Kemenangan Pemberontah Houthi bagaimanapun juga menjadi warning serius bagi negara2 sekitar Yaman terutama negara monarki Arab, Kemenangan Houthi ini menjadi warning meningkatnya pengaruh Iran dikawasan Timur Tengah menyusul peran aktifnya di Irak dan Suriah

Dalam perspektif koalisi Arab pimpinan Arab Saudi, kemenangan militer Houthi di Yaman merupakan peningkatan ancaman bagi mereka, Perebutan pengaruh, konflik sektarian, kepentingan pengamanan jalur distribusi energi dan campur tangan negara besar jadi sumbu pemicu,Jika isunya adalah mencegah meluasnya pengaruh Iran, maka koalisi Arab seolah sedang ingin menunjukkan taringnya, Pengerahan kekuatan militer yang luar biasa ini dinilai cukup menggetarkan bagi Iran untuk ikut serta secara aktif dalam konflik, 

Tampak Houthi dan Iran sedang melakukan kampanye untuk winning the hearts and minds of the people, tak ingin tampak sebagai yang salah, Strategi Iran bahkan dikombinasikan dengan strategi untuk meraih kepercayaan internasional terkait isu Nuklir negaranya, Hal ini menjadi situasi yang cukup rumit bagi Arab Saudi dimana di internal negaranya sendiri mulai tampak seruan penghentian serangan, Yang pasti, jika kampanye Arab Saudi melawan Houthi di Yaman alami kegalalan, negara itu terancam aksi balasan serangan teror musuhnya, Sekali lagi, konflik di Yaman tak bisa lepas dari aspek Geopolitik dan Geostrategi negara-negara di kawasan Timur Tengah, Salah satu pemicunya selain ada beberapa pemicu yang lain semisal konflik sektarian dan perebutan pengaruh 

Masih melanjutkan tentang geopolitik.... karena ini penting.... ini ilmu kuno yang masih sangat relevan hingga kini....

Geopolitik itu singkatnya bisa diartikan pengetahuan tentang seluk beluk baik fisik maupun mental suatu wilayah beserta manusianya, .Kenapa geopolitik itu penting? Karena berkaitan erat dengan ketahanan nasional dan strategi pertahanan nasional, Bagaimana mungkin bisa menyusun pertahanan yang efektif jika tidak mengenal seluk beluk wilayah dan mental manusianya

Bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya dalam penilaian saya, ilmu kuno ini acap kali diabaikan oleh elit2 negeri ini, Geopolitik Indonesia tak lagi dikelola dengan baik, potensi keunggulan yang dimiliki bangsa ini sudah lama tak bisa dimaksimalkan, Posisi strategis, sumber daya alam, keunggulan jumlah manusianya dan anugerah lainnya belum bisa mendorong negara dalam perannya di dunia, Padahal jika geopolitik suatu bangsa mampu dimanfaatkan dengan baik dipadu dengan geostrategi yang mumpuni, besarlah bangsa itu, Jika geopolitik mampu dimanfaatkan dengan baik, akan terwujud dalam geopolitik weapon yang sangat dahsyat efeknya bagi kemajuan bangsa

Geopolitik Indonesia adalah anugerah Tuhan, sayangnya elit bangsa sibuk bermanuver di permukaan dalam memperebutkan gengsi dan kedudukan, Keengganan mempelajari geopolitik membuat para elit terjebak dalam hiruk pikuk politik yang bisa jadi diciptakan oleh musuh negara, Kedangkalan pemahaman geopolitik akan membuat kita mudah jatuh dalam jebakan kepentingan asing yang ingin menghisap madu bangsa kita, Ada pepatah yang sering dilupakan "what lies beneath the surface",  kita silau dengan yang ada di permukaan,  sibuk berdebat & sikut2an, Jangan sampai kita terlambat membaca arah pergeseran konstelasi geopolitik dunia dari barat ke timur dari Timteng ke Asia Tenggara, Kita harus ingat bahwa bersinggungan dengan potensi konflik di LCS dan di Selat Malaka.... berbenturan dengan geopolitik negara lain, Arahnya sudah jelas, US punya kemitraan trans pasifik, Tiongkok punya new silk road, Konflik di LCS, perebutan pengaruh di Malaka, 

Sudah saya katakan bahwa konflik tidak hanya lekat di negara2 sumber energi tapi juga negara2 yang menguasai jalur distribusi energi, Dan fakta bahwa Indonesia memiliki ALKI serta berpotensi terlibat gesekan di LCS yang mana disinilah distribusi energi itu ada, Kita harus sadar bahwa US dan Tiongkok sama2 sedang mengincar penguasaan maupun pengaruh di LCS dan Selat Malaka, LCS sangat strategis bagi Tiongkok sedang selat Malaka adalah selat yang sangat sibuk dengan lalu lalang kargo dari berbagai negara

US sejatinya meyakini bahwa untuk membendung Tiongkok, US harus "kuasai" Selat Malaka dan LCS. Tiongkok sendiri sangat membutuhkan Selat Malaka karena mayoritas kargo energinya melalui Selat Malaka, Maka dari masalah inilah muncullah yang namanya Trans Pacifik Partnershipnya USA dan New Silk Roadnya TiongkokDua konsep ini sama2 membutuhkan dukungan militer yang kuat maka jadilah militer Tiongkok seperti sekarang, Kondisi inilah yang sedang dihadapi Indonesia, dilema antara kedaulatan wilayah dan kepentingan geostrategi negara2 besar

Sebenarnya kita harus bersyukur, dalam posisi terjepit tiba2 kita punya pemimpin yang berani membawa konsep sendiri yakni Poros Maritim, Walaupun konsep ini masih belum teruji, setidaknya aspek geopolitik menjadi salah satu dasar munculnya konsep ini, Jika konsep Poros Maritim ini mampu diwujudkan, kita tidak hanya menjadi proxy atau kepanjangan tangan negara2 besar saja, Saya tidak hendak promosi tapi memang kita butuh konsep dan cara pandang yang kuat untuk menghadapi tekanan USA dan Tiongkok, Bagaimanapun juga letak geografis kita harus bisa jadi geopolitical leverage dalam menyusun strategi menghadapi benturan geopolitik kawasan

Saya bersyukur JSS dibatalkan karena ada kecurigaan motif tertentu berkenaan dengan strategisnya selat Sunda bagi Dunia, Saya juga bersyukur sejauh ini Pemerintah masih bisa memainkan strategi yang baik, tidak larut dalam permainan Tiongkok maupun USA, Geopolitik Indonesia haruslah dimanfaatkan dengan baik agar mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa dimata negara lain di dunia. Sadarilah bahwa Indonesia berada ditengah2 benturan kepentingan geopolitik negara2 besar terkait isu energy security, Iran itu ngerti geopolitik makanya bisa dimaksimalkan jadi geopolitic weapon

Gaduh soal HAM, kebebasan berekspresi, anti korupsi, liberalisme, demokrasi, diskriminasi, intoleransi, politik dll, habis energi kita, Pasti ada saja yang berpikir jangan2 kegaduhan ini merupakan bagian dari geostrategi negara lain yang ingin menghisap potensi negeri ini

Pikiran demikian sah2 saja karena memang salah satu strategi dalam perang asimetris adalah mengobok2 internal negara yang jadi target, Sekarang sudah bukan jamannya lagi tiba2 melakukan serangan militer untuk menginvasi sebuah wilayah atau bangsa, ini jamannya soft power. Soft power atau smart power ini memiliki banyak bentuk atau modus, ibarat mendekati seorang wanita, pria bisa memiliki banyak modus,

Sudah ada contohnya yakni apa yang terjadi dengan arab spring atau yang terjadi di Amerika Latin, perang asimetris jelas terjadi, Arab spring susah untuk tidak diakui sebagai perubahan yang sangat terkait dengan jalur distribusi energi atau jalur sutera, Walaupun kemudian geostrategi yang dijalankan menemukan banyak ganjalan bahkan pembajakan. Pada intinya kita yang juga memiliki keterkaitan dengan jalur distribusi energi harus senantiasa waspada dan siaga walaupun dalam kegaduhan, Yang saya takutkan adalah sebenarnya kita ini sedang dalam posisi sebagai target perang asimetris negara lain., memang tanpa darderdor

Perang asimetris ini memang sulit disadari akibat pintarnya musuh menyusun strategi dan membuat banyak gaduh yang melenakan kita semua, Perang asimetris bisa melalui massa jalanan, rekayasa opini, gaduh politik dan berbagai isu yang mampu mendegradasi kedudukan pemerintahan

Sejatinya kita sudah pernah mengalami dasyatnya perang asimetris, hingga sistem bernegara kita banyak diintervensi asing, Kegaduhan diciptakan untuk melemahkan keyakinan warga negara akan ideologi berbangsa yang pada akhirnya merubah cara berpikir kita semua

Sistem ketahanan pangan dan energi dikacau balaukan, kita dipaksa mengalami ketergantungan dan jadi bangsa yang rakus membeli, Contoh nyatanya dibidang energi, coba anda nilai energy security kita, sangat lemah bahkan ketergantungan pada impor, Ke depan banyak hal yang akan kita hadapi karena Indonesia dinilai sangat strategis dalam peta geopolitik dan geostrategi bangsa lain

Dalam perang asimetris dibutuhkan komprador2 yang bisa bertindak sebagai proxy.... tugasnya melempar isu untuk ciptakan kegaduhan. Komprador ini bisa berbentuk organisasi maupun non organisasi, sendirian maupun berkelompok, memiliki media maupun tidak, Dengan biaya yang tak semahal perang konvensional, perang asimetris sekarang menjadi andalan, lebih murah tapi bisa lebih menghancurkan

Apa yang dituju negara yang menjalankan perang asimetris terhadap negara kita? Tiada lain tiada bukan hanyalah kontrol atas energi dan SDA. Ada ungkapan bila berhasil kontrol energi maka bisa mengendalikan negara, kontrol urusan pangan maka bisa kendalikan warga negaranya

Bagaimana mencegah jatuh dalam perangkap perang asimetris? Salah satunya adalah memperkuat pemahaman geopolitik dalam bingkai nasionalisme. Jangan sampai kita jatuh tersungkur seperti Syria dan Libya, hingga tak bisa keluar dari perangkap perang asimetris. Jangan sampai negara kita jadi korban smart power negara lain hingga negara kita mengalami self destruction....

Menghadapi ancaman perang asimetris maupun proxy war yang bisa berujung pada hybrid war, peran aktif badan intelijen sangat dibutuhkan. Badan intelijen negara harus menggelar operasi2 strategis dalam bingkai perundang-undangan untuk menangkal setiap serangan. Badan intelijen harus mampu menyajikan hasil analisis tentang ancaman2 baru apa saja yang akan menghadang dan menyasar kehidupan berbangsa. Setelah ancaman2 tersubut bisa diidentifikasi, maka Presiden selaku user bersama segenap alat2 negara harus menemukan "obat" yang tepat
Intelijen ibarat guide bagi kita, ialah yang bertugas mencegah, menangkal dan menanggulangi setiap ancaman terutama perang asimetris. Mengingat peran sentral badan intelijen dalam menghadapi perang asimetris, kita seharusnya mulai menghilangkan intelijen phobia. Apalagi yang namanya perang asimetris pasti mengandalkan intelijen dalam prosesnya baik dengan subversi terbuka maupun tertutup

Salah satu modus yg dipakai dalam perang asimetris adalah melalui investasi baik di bidang ekonomi, SDA, politik, IT, sosbud maupun militer. Melalui kegiatan investasi ini masuklah agen2 intelijen yang kemudian menjadi maupun merekrut komprador2 di dalam negara sasaran

Menghadapi ini semua tidak bisa hanya dibebankan pada badan intelijen atau aparat pertahanan keamanan saja, seluruh warga harus berperan. Setiap warga sejatinya bisa ikut andil sesuai bidangnya masing2, perkuat kesadaran berbangsa dan pemahaman geopolitik

Jangan heran karena perang asimetris ini menyasar pada setiap aspek yang ada dalam kehidupan berbangsa, semua celah akan dimasuki. Pada pokoknya harus dipahami bahwa perang asimetris tak bisa dihadapi dengan cara2 konvensional atau hanya pendekatan militer saja, Semua warga negara dan alat2 negara harus bergandengan tangan mengerahkan segenap upaya memperkuat jati diri bangsa dan negara

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar