Sangkaan Salah Buku Sekolah
Oleh. Agus M. Irkham
Oleh. Agus M. Irkham
"Kampanye" antimembaca buku kembali berulang. Jika dulu menyasar buku-buku wacana kiri jauh (sosialisme-komunisme) dan kanan jauh (radikalisme agama), kini giliran buku-buku pengayaan di perpustakaan. Ada Duka di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Syahid Samurai, dan Festival Syahadah adalah empat judul novel yang diprasangkai sebagai novel porno. Keempat novel tersebut terselip diantara ribuan buku perpustakaan Sekolah Dasar. Baik di Jawa Tengah (Kabupaten Kebumen), maupun di Jawa Barat (Kabupaten Bandung).
Di Jawa Tengah, berujung pada penarikan. Pun di sebagian SD di Jawa Barat (Jabar). Bahkan, MUI Jabar merasa perlu—atas desakan sebagian kecil masyarakat—untuk turut meneliti pula, apakah keempat novel tersebut porno atau tidak. Termasuk rencana bekerjasama dengan pihak kepolisian dalam teknis penarikannya di seluruh perpustakaan SD se-Jabar, jika memang berdasarkan hasil penelitian MUI, keempat novel tersebut tergolong lucah (cabul).
Isu terus menggelinding. DPR pun berencana meminta keterangan ke Pemerintah untuk meminta kejelasan dan penjelasan (klarifikasi) terhadap keempat novel itu. Lantaran, keempatnya dinyatakan telah lolos penilaian Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Artinya layak dibaca oleh siswa.
Di tengah keriuhan yang kian meninggi tentang isi buku sekolah yang disangkakan salah (lucah) itu, ada tiga temuan menarik—untuk tidak mengatakan penuh misteri—yang saya dapat.
Pertama, keempat novel itu ditemukan di perpustakaan SD, padahal isi-nya bukan untuk pembaca yang tengah duduk di SD. Bahkan, di Ada Duka di Wibeng, di sampul depan dan belakangnya jelas-jelas ditulis untuk remaja (teenager). Setting atau tempat cerita juga di SMA, termasuk tokoh-tokoh yang ada. Lengkap dengan tema-tema yang diangkat dan perbincangan oleh tokoh-tokohnya juga khas anak-anak SMA.
Dari sini muncul pertanyaan kunci? Bagaimana ceritanya buku yang jelas-jelas untuk anak SMA tersebut bisa tersesat di perpustakaan SD. Dugaan sementara, ini akibat dari sistem distribusi yang acakadut. Mengabaikan kualifikasi isi dengan karakteristik sasaran penerima (pembaca). Kebetulan keempat novel itu—didistribusikan melalui mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah pusat ke daerah.
Kedua, entah ini kebetulan atau tidak, keempat novel yang disyakwasangkai lucah itu, semuanya adalah karya para penulis yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena. Tentu publik luas paham betul, bahwa forum yang diprakarsai oleh Helvy Tiana Rosa ini terfokus pada upaya menjadikan buku (sastra) sebagai sarana atau alat untuk berdakwah. Sastra Islam, demikian frasa yang mereka kenalkan sejak 15 tahun lampau hingga kini. Buat para pembaca awam, termasuk kami yang bergiat di Taman Bacaan Masyarakat (TBM), temuan kedua ini sangat paradoksal. Rasa-rasanya mustahak, jika FLP yang mengusung karya sastra Islam justru menulis hal-ihwal yang menjurus ke pornografi.
Atas dasar itu, ikhtisar kuat saya, sangkaan porno itu salah. Saya tidak sampai hati dan gegabah menduga-duga kalau isu pornografi ini menjadi modus "kelompok tertentu" untuk menjaili FLP. Asnad yang bisa saya kemukakan paling akibat dari cara pembacaan yang sepenggal-penggal, tidak memahami konteks keseluruhan cerita, tidak mampu menemukan unsur-unsur pembangun cerita yang bersifat simbolik (intrinsik), serta terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan.
Bisa jadi—mohon maaf, dengan berat hati ini harus saya katakan—ini cermin masih rendahnya tingkat mamah kertas (memahami bacaan) masyarakat, terutama para pemilik kuasa birokrasi pendidikan di daerah. Termasuk para guru.
Ketiga, saya mendapatkan temuan yang lagi-lagi "kebetulan." Keempat novel tersebut diterbitkan oleh penerbit yang sama, yaitu PT Era Adi Citra Intermedia Solo. Tilikan itu di kalangan para pegiat literasi memunculkan rupa-rupa dugaan. Salah satunya: isu buku porno adalah akibat persaingan bisnis antar "kartel" (konsorsium) penerbit buku proyek belaka. Karena memang keempatnya dipasarkan melalui DAK. Benar tidaknya dugaan itu, saya kira perlu ada investigasi tersendiri. Yang jelas, sudah jadi pengetahuan jamak bahwa "kue buku" melalui DAK ini sangat amat besar sekali.
Tentang kabar pustaka ini, menurut hemat saya, kita harus hati-hati. Jangan serba tergopoh-gopoh mengambil kesimpulan. Lebih-lebih langsung digulirkan ke masyarakat melalui media. Jangan sampai justru menjadi serangan balik (kampanye negatif) buat upaya gerakan budaya membaca secara luas. Kekuatiran kami, para pegiat literasi dan pengelola TBM, berita-berita negatif tentang buku, khususnya isu porno akan membuat para orangtua semakin menjauhkan anak-anaknya dengan TBM dan perpustakaan tempat buku dihimpun dan dilayankan. Dengan dalih, kekuatiran bakal membaca buku porno.
Tuduhan buku porno adalah sangkaan serius. Dan itu bisa membunuh karakter penulis dan penerbitnya. Yang dalam konteks budaya baca berarti terkait dengan produktifitas buku dan jaminan ketersediaan bacaan. Baik ragam (kualitas) maupun jumlah (kuantitas).
Agus M Irkham
Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat.
Tempo 20 Juni 2012
================
Salam
Yons Achmad
Publicist (0821 2314 7969)
Psikolog Sesalkan Buku SD Berbau Pornografi masuk sekolah di Jawa Timur
SURABAYA--MICOM: Isi empat buku yang berpotensi masuk sekolah di Jawa Timur dianggap tidak pantas untuk dikonsumsi sebagai bacaan anak oleh kalangan psikolog.
Pasalnya, buku fiksi tersebut dapat mendorong anak dalam perkembangan imajinasinya dengan mencobanya.
"Ini buku fiksi dan jika dibaca anak sekolah yang tengah mengembangkan imajinasinya, akan mendorong rasa ingin tahu anak yang berkembang liar. Akhirnya mereka mencobanya," tandas Nur Ainy Fardana MSi, Psikolog asal Unair Surabaya kepada Media Indonesia, Sabtu (9/6).
Menurut kandidat doktor psikologi tersebut, buku fiksi yang menyampaikan pesan moral, tidak harus menyampaikan dalam kalimat yang vulgar tentang seks.
Sebab, bukan pengetahuan ilmiah yang didapatkan, tapi justru rasa ingin tahu yang ditafsirkan macam-macam oleh anak.
Pendidikan untuk anak adalah pembangunan karakter. informasi proporsional dan seimbang. Padahal pengetahuan yang masuk ke pemikiran anak membentuk keyakinan dan memunculkan minat yang berlanjut pada peri laku anak.
"Untuk siswa SMA saja tidak boleh dibaca sembarangan, harus didampingi orang tua. Kalimatnya yang vulgar, tidak bisa ditelan mentah-mentah dan harus diolah. Sebab, kalau ditelan mentah-mentah, remaja akan menafsirkan itu hal yang lumrah, untuk membicarakan sekaligus melakukannya,? imbuhnya.
Seperti diberitakan, empat buku berbau pornografi akan masuk ke sekolah-sekolah di Jawa Timur. Dalam buku-buku tersebut terdapat dialog tentang hubungan intim yang diperankan para tokoh.
Yang memprihatinkan, buku yang berbau porno tersebut justru diwajibkan oleh dinas pendidikan di daerah, seperti di Banyuwangi dalam sebuah tender lelang proyek. (OL-11)
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/06/06/325228/293/14/_Psikolog_Sesalkan_Buku_SD_Berbau_Pornografi
Di Jawa Tengah, berujung pada penarikan. Pun di sebagian SD di Jawa Barat (Jabar). Bahkan, MUI Jabar merasa perlu—atas desakan sebagian kecil masyarakat—untuk turut meneliti pula, apakah keempat novel tersebut porno atau tidak. Termasuk rencana bekerjasama dengan pihak kepolisian dalam teknis penarikannya di seluruh perpustakaan SD se-Jabar, jika memang berdasarkan hasil penelitian MUI, keempat novel tersebut tergolong lucah (cabul).
Isu terus menggelinding. DPR pun berencana meminta keterangan ke Pemerintah untuk meminta kejelasan dan penjelasan (klarifikasi) terhadap keempat novel itu. Lantaran, keempatnya dinyatakan telah lolos penilaian Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Artinya layak dibaca oleh siswa.
Di tengah keriuhan yang kian meninggi tentang isi buku sekolah yang disangkakan salah (lucah) itu, ada tiga temuan menarik—untuk tidak mengatakan penuh misteri—yang saya dapat.
Pertama, keempat novel itu ditemukan di perpustakaan SD, padahal isi-nya bukan untuk pembaca yang tengah duduk di SD. Bahkan, di Ada Duka di Wibeng, di sampul depan dan belakangnya jelas-jelas ditulis untuk remaja (teenager). Setting atau tempat cerita juga di SMA, termasuk tokoh-tokoh yang ada. Lengkap dengan tema-tema yang diangkat dan perbincangan oleh tokoh-tokohnya juga khas anak-anak SMA.
Dari sini muncul pertanyaan kunci? Bagaimana ceritanya buku yang jelas-jelas untuk anak SMA tersebut bisa tersesat di perpustakaan SD. Dugaan sementara, ini akibat dari sistem distribusi yang acakadut. Mengabaikan kualifikasi isi dengan karakteristik sasaran penerima (pembaca). Kebetulan keempat novel itu—didistribusikan melalui mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah pusat ke daerah.
Kedua, entah ini kebetulan atau tidak, keempat novel yang disyakwasangkai lucah itu, semuanya adalah karya para penulis yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena. Tentu publik luas paham betul, bahwa forum yang diprakarsai oleh Helvy Tiana Rosa ini terfokus pada upaya menjadikan buku (sastra) sebagai sarana atau alat untuk berdakwah. Sastra Islam, demikian frasa yang mereka kenalkan sejak 15 tahun lampau hingga kini. Buat para pembaca awam, termasuk kami yang bergiat di Taman Bacaan Masyarakat (TBM), temuan kedua ini sangat paradoksal. Rasa-rasanya mustahak, jika FLP yang mengusung karya sastra Islam justru menulis hal-ihwal yang menjurus ke pornografi.
Atas dasar itu, ikhtisar kuat saya, sangkaan porno itu salah. Saya tidak sampai hati dan gegabah menduga-duga kalau isu pornografi ini menjadi modus "kelompok tertentu" untuk menjaili FLP. Asnad yang bisa saya kemukakan paling akibat dari cara pembacaan yang sepenggal-penggal, tidak memahami konteks keseluruhan cerita, tidak mampu menemukan unsur-unsur pembangun cerita yang bersifat simbolik (intrinsik), serta terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan.
Bisa jadi—mohon maaf, dengan berat hati ini harus saya katakan—ini cermin masih rendahnya tingkat mamah kertas (memahami bacaan) masyarakat, terutama para pemilik kuasa birokrasi pendidikan di daerah. Termasuk para guru.
Ketiga, saya mendapatkan temuan yang lagi-lagi "kebetulan." Keempat novel tersebut diterbitkan oleh penerbit yang sama, yaitu PT Era Adi Citra Intermedia Solo. Tilikan itu di kalangan para pegiat literasi memunculkan rupa-rupa dugaan. Salah satunya: isu buku porno adalah akibat persaingan bisnis antar "kartel" (konsorsium) penerbit buku proyek belaka. Karena memang keempatnya dipasarkan melalui DAK. Benar tidaknya dugaan itu, saya kira perlu ada investigasi tersendiri. Yang jelas, sudah jadi pengetahuan jamak bahwa "kue buku" melalui DAK ini sangat amat besar sekali.
Tentang kabar pustaka ini, menurut hemat saya, kita harus hati-hati. Jangan serba tergopoh-gopoh mengambil kesimpulan. Lebih-lebih langsung digulirkan ke masyarakat melalui media. Jangan sampai justru menjadi serangan balik (kampanye negatif) buat upaya gerakan budaya membaca secara luas. Kekuatiran kami, para pegiat literasi dan pengelola TBM, berita-berita negatif tentang buku, khususnya isu porno akan membuat para orangtua semakin menjauhkan anak-anaknya dengan TBM dan perpustakaan tempat buku dihimpun dan dilayankan. Dengan dalih, kekuatiran bakal membaca buku porno.
Tuduhan buku porno adalah sangkaan serius. Dan itu bisa membunuh karakter penulis dan penerbitnya. Yang dalam konteks budaya baca berarti terkait dengan produktifitas buku dan jaminan ketersediaan bacaan. Baik ragam (kualitas) maupun jumlah (kuantitas).
Agus M Irkham
Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat.
Tempo 20 Juni 2012
================
Salam
Yons Achmad
Publicist (0821 2314 7969)
Psikolog Sesalkan Buku SD Berbau Pornografi masuk sekolah di Jawa Timur
SURABAYA--MICOM: Isi empat buku yang berpotensi masuk sekolah di Jawa Timur dianggap tidak pantas untuk dikonsumsi sebagai bacaan anak oleh kalangan psikolog.
Pasalnya, buku fiksi tersebut dapat mendorong anak dalam perkembangan imajinasinya dengan mencobanya.
"Ini buku fiksi dan jika dibaca anak sekolah yang tengah mengembangkan imajinasinya, akan mendorong rasa ingin tahu anak yang berkembang liar. Akhirnya mereka mencobanya," tandas Nur Ainy Fardana MSi, Psikolog asal Unair Surabaya kepada Media Indonesia, Sabtu (9/6).
Menurut kandidat doktor psikologi tersebut, buku fiksi yang menyampaikan pesan moral, tidak harus menyampaikan dalam kalimat yang vulgar tentang seks.
Sebab, bukan pengetahuan ilmiah yang didapatkan, tapi justru rasa ingin tahu yang ditafsirkan macam-macam oleh anak.
Pendidikan untuk anak adalah pembangunan karakter. informasi proporsional dan seimbang. Padahal pengetahuan yang masuk ke pemikiran anak membentuk keyakinan dan memunculkan minat yang berlanjut pada peri laku anak.
"Untuk siswa SMA saja tidak boleh dibaca sembarangan, harus didampingi orang tua. Kalimatnya yang vulgar, tidak bisa ditelan mentah-mentah dan harus diolah. Sebab, kalau ditelan mentah-mentah, remaja akan menafsirkan itu hal yang lumrah, untuk membicarakan sekaligus melakukannya,? imbuhnya.
Seperti diberitakan, empat buku berbau pornografi akan masuk ke sekolah-sekolah di Jawa Timur. Dalam buku-buku tersebut terdapat dialog tentang hubungan intim yang diperankan para tokoh.
Yang memprihatinkan, buku yang berbau porno tersebut justru diwajibkan oleh dinas pendidikan di daerah, seperti di Banyuwangi dalam sebuah tender lelang proyek. (OL-11)
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/06/06/325228/293/14/_Psikolog_Sesalkan_Buku_SD_Berbau_Pornografi
Buku2 Porno Siap Dibagikan Untuk Perpustakaan Sekolah2 SD di Banyuwangi, Jawa Timur
http://wargatumpat.blogspot.com/2012/06/pesisir-buku2-porno-siap-dibagikan-ke.html
Buku2 Porno Siap Dibagikan ke Perpustakaan Sekolah2 SD di Banyuwangi, Jawa Timur
Jika kita mencermati, tampaknya ada upaya sistematis untuk mengedarkan buku2 yang diduga bernuansa pornografi di sekolah2 SD di berbagai daerah. yang memprihatinkan, penyebaran buku porno ini bukan dibiayai oleh orang2 yang patut diduga ingin menghancurkan moral bangsa ini. Tapi pembelian buku2 porno ini dibiayai oleh uang negara, yakni dari APBN.
jadi si pelaku selain sukses merusak moral bangsa, juga mendapat keuntungan yang besar dari upaya perusakan moral bangsa melalui pembelian buku porno oleh uang negara dan dibagikan ke perpustakaan sekolah2 SD diberbagai tempat.
Setelah kejadian di Jawa Tengah, maka kalau kita mencermati di website LPSE kabupaten Banyuwangi, disana saat ini diadakan pengadaan buku untuk SD yang bernilai sekitar Rp. 7 Milyar. Dalam dokumen pengadaan (RKS) telah disebutkan judul buku yang harus ditawarkan oleh peserta yang akan mengikuti pelelangan pengadaan tersebut. Jadi peserta lelang harus menawarkan buku yang sudah disebut judulnya oleh dinas pendidikan dan panitia pengadaan. Jadi tidak boleh menawarkan judul buku yang lain,
Judul2 buku yang disebutkan itu beberapa diantaranya adalah mengandung pornografi sebagaimana berita media, dimana buku2 itu sempat beredar di Jawa Tengah. Dinas pendidikan, panitia pengadaan, maupun pejabat2 di Banyuwangi, ketika ditanya oleh masyarakat kenapa menutup pintu bagi judul buku yang lain untuk dibagikan ke perpustakaan sekolah2 SD di Banyuwangi, mereka selalu menjawab bahwa itu adalah merupakan hasil dari proses kajian, penelitian dan survey yang mendalam dll. Kalau mereka bersikukuh dengan argumentasi itu, artinya para pejabat di banyuwangi berpendapat bahwa buku2 porno itu adalah buku yang cocok untuk dibagikan di sekolah2 SD di Banyuwangi.
Tentu saja ini mengejutkan dan sekaligus membongkar kebohongan serta kuat adanya dugaan rekayasa dalam pengadaan buku untuk perpustakaan sekolah2 SD di Banyuwangi. karena dari berita dibawah ini, penerbit buku itu sendiri kaget ketika tahu bahwa buku itu beredar untuk anak2 SD, karena memang sebenarnya untuk konsumsi remaja dan dewasa (pada sampul buku tertulis untuk remaja). Maka bagaimana bisa dinas pendidikan dan para pejabat di Banyuwangi menyatakan bahwa dari kajian dan proses pemilihan yang mendalam, akhirnya buku2 porno itu adalah yang dipilih untuk dibeli dan dibagikan untuk anak2 SD di Banyuwangi. Ada apa ini???
Kenyataan ini memperkuat dugaan adanya rekayasa yang melibatkan mafia pendidikan dan bekerjasama dengan pejabat2 di Banyuwangi, selain dugaan untuk mengeruk uang negara, ada misi tersembunyi dari para mafia pendidikan yang tidak disadari oleh para pejabat di Banyuwangi karena terdorong pikiran asal dapat bagian, yakni penghancuran moral anak2 Indonesia sejak usia dini.
Dugaan ini belum tentu benar, maka ada baiknya masyarakat yang peduli pada pendidikan bisa melakukan cek kebenaran informasi pada orang yang diduga mengatur pengadaan buku perpustakaan SD di Banyuwangi, yang sering disebut2 sebagai mafia pendidikan di Jawa Timur yang merupakan agen dari sebuah konsorsium PT Darma Bhakti , yang diduga juga jadi dalang suplai buku porno untuk anak2 SD di kabupaten Kebumen Jawa Tengah, kabupaten Kuningan Jawa Barat dll. maupun kepada pejabat di Banyuwangi yang berwenang. Cek informasi bisa dilakukan kepada:
1. Rudy Budiman HP: 0811371218
2. Aka (operator dari Rudy Budiman) HP: 081357738393
3. Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi (Bpk. Sulihtiyono) HP: 085336580059
Buku Berbau Porno Bersiap Masuk Sekolah
EMPAT judul buku yang diduga berbau pornografi berpotensi masuk ke sekolah di Jawa Timur. Komunitas Perkumpulan Buku Baik Surabaya memperingatkan empat judul buku itu diwajibkan masuk dalam pelelangan tender.
"Salah satu yang mewajibkan adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi. Tanpa menyertakan 4 judul itu, peserta tender dinyatakan gugur," kata koordinator Komunitas Sugeng Purwoko, di Surabaya, kemarin.
Sejumlah daerah lain juga mewajibkan buku berjudul Ada Duka di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Tembelo Kembalinya si Burung Camar, dan Tembelo Meniti Hari di Ottakwa, itu ada dalam proses tender. Keempat buku diterbitkan oleh Era Adi Citra Intermedia Solo.
Dalam Ada Duka di Wibeng terdapat dialog tentang hubungan intim yang diperankan para tokoh. Buku Tembelo Meniti Hari Ottakwa juga berisi adegan pornografi yang diperankan tokoh.
"Kami menduga dinas pendidikan tidak melakukan kajian. Padahal, di Jawa Tengah, buku itu sudah ditarik dari sekolah," tambah Sugeng.
Di Banjarnegara, Jawa Tengah, buku bergambar Nabi Muhammad ditemukan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sampang, Desa Majatengah, serta MI Muhammadiyah Karanggondang, Kecamatan Kalibening. (AB/LD/N-2
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/06/07/324610/76/20/Buku-Berbau-Porno-Bersiap-Masuk-Sekolah
_________________________________________________________________
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/06/01/323218/289/101/Berbau-Pornografi-Tiga-Judul-Buku-SD-Ditarik
Berbau Pornografi, Tiga Judul Buku SD Ditarik.
KEBUMEN--MICOM: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dinpora) Kebumen, Jawa Tengah (Jateng), menarik sejumlah buku bacaan untuk sekolah dasar (SD) di kabupaten setempat.
Penarikan sejumlah buku itu dilakukan karena isinya ada yang menjurus pornografi. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar Dinpora Kebumen Bambang Sardjono menyatakan ada tiga judul buku yang ditarik dari perpustakaan di SD seluruh Kebumen.
Buku tersebut yakni Ada Duka di Wibeng, Tambelo Kembalinya Si Burung Camar, dan Tidak Hilang Sebuah Nama terbitan PT Era Adi Citra Intermedia Solo.
"Ketiga judul buku tersebut tidak diperbolehkan lagi ada di perpustakaan-perpustakaan SD. Isinya tidak pantas dibaca siswa SD," kata Bambang, Kamis (31/5).
Dari kajian yang dilakukan tim Dinpora, pada bacaan yang ada di dalam buku tersebut, ada kata-kata yang cenderung vulgar. Bahkan, kalau dibaca sepotong-sepotong menjurus ke pornografi.
"Atas hasil kajian itulah, Dinpora menarik ketiga judul buku. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau anak yang membaca, akan berdampak negatif," ujarnya.
Yang paling menjurus ke pornografi adalah Ada Duka di Wibeng. Dalam buku ini menyinggung soal hubungan intim yang didialogkan tokoh-tokohnya.
Dalam cerita di buku tersebut juga terucap mengenai trik berhubungan seks yang aman agar tidak hamil dan menceritakan cara KB kalender.
Buku-buku tersebut, lanjut Bambang, termasuk dalam bantuan melalui dana alokasi khusus (DAK) perpustakaan tahun 2010 dan dinyatakan telah lolos seleksi.
Keputusan lolos seleksi dinyatakan dalam Keputusan Kepala Perbukuan Depdiknas no 1715/A.8.2/LL/tahun 2009. (LD/OL-5)
__________________________________________________
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/06/01/120090/Buku-Pelajaran-Diduga-Benuansa-Pornografi-Penerbit-Siap-Tanggung-Jawab
Buku Pelajaran Diduga Benuansa Pornografi,Penerbit Siap Tanggung Jawab
SOLO, suaramerdeka.com – Penerbit buku "Ada Duka di Wibeng" yang diduga mengarah ke pornografi PT Era Adicitra Intermedia Solo siap bertanggung jawab. Termasuk merevisi isu buku yang dikeluhkan masyarakat.
Menurut Direktur PT Era Adicitra Intermedia, Heri Sulistyanto, tanggung jawab tersebut sebagai bentuk profesionalisme. Pihaknya pun dengan terang-terangan akan membuka pembicaraan dengan elemen di Kabupaten Kebumen yang notabene mengeluhkan isi buku tersebut. "Ini artinya koreksi bagi kami. Namun apa yang kami terbitkan sesuai dengan kaidah-kaidahnya," ungkapnya pada Suara Merdeka, saat ditemui di Jalan Slamet Riyadi 485 Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo Jumat (1/6).
Dikatakan Heri, buku jenis fiksi atau novel remaja tersebut telah sesuai dengan Panitia Penelitian Buku Non-Teks Pelajaran (PPBNP). Yakni melalui keputusan Kepala Pusat Pembukuan Kemendiknas Nomor 1715/ ab.2/ll2001 tahun 2009 tertanggal 19 Mei, sehingga layak beredar di masayarakat. Apalagi isi buku tersebut tentang akhlakul karimah dan budi pekerti. "Kemudian yang tidak tepat itu bacanya sepenggal. Soalnya halaman 1 hingga 93 itu contoh pergaulan buruk. Kemudian di halaman selanjutnya itu hal pokok. Kami ajak pembaca atau remaja jangan sampai menirunya," tandas dia.
Dia membantah, buku "Ada Duka di Wibeng" tidak menjurus ke pornografi seperti yang memanas akhir-akhir ini. Menurutnya tidak ada bahasa fulgar. Namun lebih pada bahasa gaul anak remaja. Apalagi maksud di dalam buku yang sudah dicetak dua kali pada 2008 dan 2012 sangat jelas jika dibaca secara utuh. Mengingat dewasa ini, pergaulan anak zaman sekarang sudah mengkhawatirkan. "Tapi kami tetap akan menelusuri, kenapa bisa sampai pada anak SD. Soalnya kan kami hanya menerbitkan, kemudian ada agen-agennya sendiri yang mendistribusikan buku tersebut," jelasnya.
__._,_.___
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar