Sabtu, 16 November 2019

[Media_Nusantara] Korupsi di Pertamina.

 

Korupsi di Pertamina.

Anda semua tahu Petral, Pertamina Energy Trading Ltd? Hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014. Berdasarkan temuan lembaga auditor Kordha Mentha, jaringan mafia minyak dan gas (migas) menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun. Bayangin sekian ribu karyawan Pertamina tidak bekutik dengan para mafia rakus itu. Tidak ada karyawan yang demo karena itu. Semua bisa saja kecipratan transaksi haram itu. Itu hanya tiga tahun. Gimana sebelumnya. Akan lebih besar lagi, sangat besar.  

Apakah itu saja? Tidak. Masih banyak lagi. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Itu skandal yang sangat canggih. Ini skandal kerjasama memproduksi BBM antara Pertamina dan TPPI. Dimana TPPI produksi, yang bahan bakunya berasal dari BPMigas dan hasilnya dijual kepada Pertamina. TPPI tidak pernah bayar bahan baku itu kepemerintah ( BPmigas) tapi dibayar ke Pertamina dengan harga mark up. Selama 10 tahun Pertamina dirugikan sebesar Rp. 22 triliun. Pelaku utama kabur keluar negeri. Selama 10 tahun itu direksi dan karyawan Pertamina ngapain aja?

Bahkan uang pensiun pegawai yang dikelola oleh Dapen Pertamina pun tidak luput dari bancakan. Caranya sangat smart. Dapen Pertamina menggunakan dana pensiun untuk membeli saham yang tidak likuid dan sulit diperdagangkan. Total kerugian dalam kasus ini ditaksir senilai Rp1,4 triliun. Anehnya selama 2 tahun transaksi ini terjadi tanpa diketahui. Investasi bodong itu terjadi karena para petinggi Dapen Pertamina mengabaikan  adanya kajian, mengabaikan Prosedur Transaksi Pembelian dan Penjualan Saham. Begitu banyak orang pintar di Pertamina, tapi karena mental korup dapat dengan mudah dibegoin oleh Edward Seky Soeryadjaya.  

Bahkan dana CSR pun dibancakin. Pertamina Foundation mendapat dana CSR dari Pertamina untuk  program penanaman 100 juta pohon. Tetapi dari relawan sampai pohonnya diselewengkan. Lebih banyak fiktifnya. Jumlah Rp. 126 miliar yang diselewengkan itu tanpa keterlibatan para petinggi dan karyawan Pertamina tidak akan terjadi. Hebatnya pelaku utamanya Nina Nurlina, sebelum kasus ini terkuak adalah Capim KPK. Orangnya dikenal auditor tangguh dan sangat agamais.

Sebetulnya masih banyak lagi skandal di dalam Pertamina seperti dugaan korupsi pada pengadaan 3 megaproyek kapal tanker PT Pertamina, pelepasan asset yang merugikan negara, dan lainnya seperti akuisisi blok migas di luar negeri.  Yang jelas patut dipertanyakan adalah mengapa perintah Jokowi agar PT Pertamina (Persero) membangun kilang baru, tapi sampai sekarang tidak dikerjakan? Tidak perlu orang cerdas untuk tahu bahwa direksi Pertamina ikut bermain di balik tidak terealisasinya pembangunan kilang-kilang minyak Pertamina. Mengapa? untuk menjamin keuntungan bisnis bagi pengusaha rente. 

Jadi SDM Pertamina dari tingkat atas sampai bawah sudah terlalu nyaman hidup dalam budaya rente dan korup. Itu sebabnya mereka menolak Ahok jadi Dirut. Yang jelas kalau nanti mereka demo tolak Ahok, itu yang jadi bandar adalah cukong mafia migas dibelakang mereka.


Erizeli Jely Bandaro


Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar