Rabu, 05 Agustus 2015

[Media_Nusantara] Sang Panutan

 

Sang Panutan



Muktamar NU melahirkan dinamika yang luar biasa. Banyak yang bertanya kepada saya: adakah cerita yang melegakan kami dari Muktamar yang gaduh ini? Kenapa KH A Mustofa Bisri tidak bersedia menjadi Rais Am? Bagaimana nasib NU ke depan? Saya tuliskan catatan di bawah ini untuk memenuhi pertanyaan dan kegelisahan kawan-kawan:

Pada malam kedua muktamar, Gus Mus menghampiri area kediaman saya di tempat syekh muhlashon, lalu kami keluar utk makan malam. Gus Mus mengaku bhw salah satu agenda utama beliau ke muktamar pengen bertemu dg saya. Subhanallah rendah hati sekali beliau. Di pertemuan khusus tsb beliau cerita byk hal, dan ketika saya pancing soal posisi Rais Am beliau berkisah panjang pada peristiwa sayyidina abu bakar dan sayyidina umar bin khattab dimana yg pertama mengatakan: ada dua org yg kena laknat yaitu mrk yg tidak pantas namun menginginkan posisi, dan mrk yg pantas namun tdk bersedia.

Gus Mus merasa masuk kategori pertama karena byk yg lebih pantas dari beliau. Saya merayu beliau utk tetap bersedia jd Rais Am dg mengingatkan beliau resiko bisa masuk kategori kedua. Beliau tetap tidak mau. Tawadhu' sekali beliau. Disaat byk yg kepengen dan rebutan posisi beliau mencontohkan tauladan mulia kepada kita semua. ‪#‎cermindiri‬

Syekh muhlashon (Mesir)!dan syekh qomar (Melbourne) ikut menemani pertemuan khusus saya dg Gus Mus di warung pojok. Sebelum beliau masuk mobil, saya minta beliau mendoakan kami. Doa panjang beliau di parkiran itu sangat menyentuh. Air mata saya menetes membayangkan apa yg terjadi di muktamar keesokan harinya. Malam itu jam 11.30 malam ditemani Mbah Candra Malik saya berziarah dan berdoa di makam Hadratus Syekh di tebuireng.
**
Esok harinya saya kaget menerima mesej Gus Mus yang meminta saya ikut hadir dalam pertemuan terbatas para Rais Syuriah PWNU /PBNU dan kiai sepuh di pendopo kabupaten yg membahas situasi muktamar yg sangat genting. Itu sebabnya mendadak saya ikut hadir di sana semata2 karena diperintah Gus Mus, bukan karena saya layak hadir di sana. Beliau rupanya sedang memberi pelajaran kepada saya untuk menyimak dan belajar serta ngalap barakah para kiai sepuh. Kita tahu selepas pertemuan itu Gus Mus masuk ke arena muktamar dan kemudian menenangkan muktamirin.

Gus Mus menyampaikan pengantar yg mengharukan di sidang pleno: "saya bersedia menciumi kaki-kaki kalian para peserta muktamar, memohon agar kalian memegang teguh akhlakul karimah." Dan isak tangis mulai tedengar di arena. Saya pun menangis menyaksikan kerendahan hati sang Rais Am.

Banyak sekali pelajaran yg bisa kita ambil dari muktamar kali ini. Semoga kita bisa ambil hal2 yg baik termasuk ketauladanan Gus Mus dan bertekad utk mengubah hal2 yg masih kurang baik di kemudian hari pada saat kita mendapat amanah utk memperbaikinya
**
Gus Mus skr kelihatannya akan fokus membina mrk yg dalam mesejnya kpd saya disebutnya dengan "adik-adik muda yg berwawasan". Saya sempat ditemui Ning Alissa Wahid yang menyampaikan bhw Gus Mus sdh minta diadakan pertemuan setelah beliau tdk lagi jadi Rais Am. Rencananya pertemuan itu tgl 4 malam di saat beliau sdh demisioner. Tapi kita tahu bhw muktamar molor dan beliau tdk jelas demisionernya kapan.
Saya pun terpaksa meninggalkan arena muktamar karena mengikuti jadual penerbangan. Saya beli tiket sendiri jauh2 dari Ausie, bukan dibayarin timses. Tiket saya bisa hangus kalau saya mau mengikuti muktanar sampai akhir. Tepat sebelum sidang pleno penetapan ahwa dibuka saya sdh dalam perjalanan menuju Juanda airport. Smg setelah saya pergi meningalkan arena muktamar kemarin, masih akan berlanjut pertemuan Gus Mus dg kawan2 muda tsb.
Beliau kelihatannya akan memainkan peranan menjadi tempat kawan2 muda mengadu dan belajar. Peranan di luar sistem ini snagat penting karena menurut beliau sulit mengharap muncul kader muda dari sistem saat ini. Jadi yakinlah Gus Mus tdk akan sepenuhnya lepas tangan thd masa depan NU
Beliaulah yang akan menjadi figur mengayomi gerakan NU kultural para anak muda NU. Beliaulah sang panutan. Beliaulah teladan kami. Beliaulah yang bersedia melangkah menemui para anak muda --yang sekaligus membuat kami salah tingkah dg ketulusan beliau ini.
**
Di akhir pertemuan saya tanya Gus Mus: "melihat kondisi muktamar spt ini, apa masih ada harapan utk NU ke depan?" beliau dg gaya khas nya menjawab: "tentu saja masih ada. Kalau saya tidak punya harapan lagi akan nasib NU gak mungkin saya mau menghampiri sampeyan. Kalau putus asa dan gak merasa ada harapan lagi, ya ngapain kita semua masih hidup?" Jawab beliau sambil tersenyum.

Jadi kawan2 ...harapan perbaikan itu masih ada, dan semoga kita semua menjadi bagian dari harapan itu. Semoga allah mengampuni kita dan semoga Allah terus membimbing kita utk berkhidmat pada umat dimanapun dan apapun posisi kita. Amin ya Rabbal Alamin
Nadirsyah Hosen
Utusan PCI NU Australia - New Zealand di Muktamar ke 33 Jombang

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar