Senin, 09 Februari 2015

[Media_Nusantara] MOBNAS .. ?

 

MOBNAS .. ?

Ketika Pemerintah SBY mengeluarkan aturan Mobil murah maka teman saya di China bilang bahwa pemerintah Indonesia melakukan kesalahan fatal. Bagaimana mungkin Pemerintah memberikan fasilitas pengurangan bea masuk bagi pemain lama membuat mobil murah. Kalau alasannya memberikan harga murah maka itu bukan visi  pemerintah tapi visi pedagang.  Seharusnya pemerintah mempunyai visi kemandirian dibidang industry otomotif.  Mengapa? karena industry otomotif itu sangat strategis.  Ini bukan hanya berhubungan sarana mobilisasi orang tapi juga barang. Ketergantungan akan tekhnologi ini akan membuat Negara renta dalam segala hal, termasuk yang utama renta akan belanja devisa. Mobil murah Ini sama saja mematikan semua upaya untuk kemandirian industry otomotif nasional. Pemain baru ( newcomer ) seperti ESEMKA, Maleo dan lainnya akan kandas sebelum berlayar. Mengapa? Mereka tidak mungkin bisa bersaing dengan yang sudah lama dan maju dalam bisnis otomotif,seperti Daihatsu Ayla dan Toyota Agya. Padahal setiap Industri mobil selalu awalnya mereka mengandalkan harga murah untuk menarik konsumen, seperti Jepang awal tahun 70an dan juga Korea awal tahun 80an, dan China awal tahun 90a. Harga murah itu karena Negara memberikan insentip berupa tariff pajak, subsidi bunga, kemudahan skema pembiayaan dan tentu proteksi pasar dimana pemerintah akan menjadi salah satu buyer melalui APBN. Dengan fasilitas ini diharapkan Mobnas akan berkembang sampai saatnya ia bisa bersaing bebas dipasar domestic maupun international.

Kebijakan semacam Timor tidak bisa lagi diterapkan karena akan berhadapan dengan WTO. Pemerintah tidak bisa memproteksi pasar Mobnas dengan menghalangi merek lain masuk melalui kebijakan tariff bea dan pajak. Tidak bisa! Yang akan dilakukan oleh Pemerintah dalam mendukung program mobil nasional adalah menghentikan program mobil murah. Selanjutnya mungkin bisa meniru China, dimana diawali dengan pembangun supply chain industry ( SCI ) yang kokoh dan luas. Caranya? pemerintah membuat aturan disamping mengharuskan pemegang merek untuk menerima SCI dalam negeri juga berhak mendapatkan insentif pajak yang besarannya tergantung local content yang ada pada kendaraan. Pemerintah juga menyediakan dana riset dan pengembangan untuk membantu para SCI agar mereka bisa memenuhi standard mutu yang ditetapkan oleh principal. Dengan demikian, semakin tinggi penjualan kendaraan semakin besar kebutuhan akan SCI sehingga bisnis SCI akan berkembang luas. Pada saat inilah akan muncul kreatifitas pengusaha otomotif untuk memanfaatkan SCI yang ada , untuk membuaat merek sendiri dengan design sendiri. Pihak pemegang merek tidak bisa protes bila ada perusahaan lain , merek lain mendapatkan layanan SCI. Karena keberadaan SCI bukanlah afiliasi dari pemegang merek, bukan pula anak perusahaan yang seperti sekarang ada di Indonesia. SCI yang ada adalah perusahaan asli China yang tidak ada kaitannya dengan asing. Di China sekarang ada ratusan merek local maupun asing yang saling berkompetisi dengan sehat dan akhirnya membentuk segmen pasar sendiri sendiri.

Artinya untuk membangun mobil nasional tidak perlu memberikan fasiltas seperti Mobnas Timor era Soeharto yang cenderung korup. Pemerintah cukup membuat kebijakan nasional dibidang otomotif agar mendorong terbentuknya SCI didalam negeri tanpa afiliasi asing. Produk dari SCI ada tiga yaitu Platform, Mesin dan Sistem kontrol. SCI itu tahap awal tidak perlu sampai  kepada mesin tapi cukup sebatas Platform (Chasis, Frame Body). Apabila perusahaan SCI sudah mampu membuat platform dengan tingkat presisi tinggi sesuai standard international maka sudah bisa dibuat mobil nasional dengan merek sendiri, seperti ESEMKA dan lain lain. Karena dalam industry otomotif yang dipatenkan adalah platform dan merek. Soal mesin ada beberapa pilihan. seperti mesin piston, mesin listrik, mesin hybrid. Beberapa merk mesin mempunyai karakteristik yang sama, yang berbeda hanyalah cover merk nya dan sistem control CU, EFI dan lainnya. Dengan membuat system kontrolnya sendiri maka sudah boleh  memberi cover merek sendiri pada mesin walau mesin itu dipasok dari China, Jepang, Korea, Malaysia. Ini bukan hal yang sulit dan dalam jangka panjang akan tumbuh berbagai merek Mobnas dengan harga murah dan ini akan mendorong tumbuhnya bisnis SCI untuk mesin dan system control nya dan otomatis akan tumbuh ribuan supply chain spare part mesin. Maka hanya masalah waktu kita akan punya 100% kendaraan buatan Indonesia.Namun untuk itu butuh proses waktu yang tidak sebentar. Selagi  pasar mendukung , bisnis akan menyesuaikan sendiri dengan kebijakan Negara.

Jadi mobnas itu bukan sekedar merakit dan menciptakan unit mobil-nya saja (prototype), atau membuat mobil dengan modifikasi mobil yang ada atau hanya merubah bodynya seperti Karoseri atau hanya sekedar mengganti mesin menjadi motor listrik saja. Bukan! Mobnas adalah industry kendaraan yang bertumpu kepada kekuatan SCI dalam negeri yang mandiri dan lepas dari pengaruh ATPM. Bukan hal yang sulit merealisasinya.Yang sulit itu adalah bagaimana pemerintah konsisten dengan kebijakan kemandirian industry MOBNAS , dan tidak goyah walau diloby oleh para Principal merek dari Toyota, GM, Datsun, BMW dan lain lain. Sudah culup lebih dari 30 tahun ATPM  bercokol di Indonesia namun tetap hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar. Transfer technology tidak berjalan sebagaimana aturannya. Berita kunjungan Jokowi ke Malaysia dan termasuk menghadiri penandantanganan MOU antara PT Adiperkasa Citra Lestari dibawahi AM Hendropriyono dengan Proton Holding Bhd, ditanggapi oleh sebagian orang dengan skeptis khususnya GAIKINDO.  Karena mereka membayangkan program Mobnas akan sama dengan program Mobnas era Soeharto dengan Mobil Timor. Saya rasa ini jauh sekali. Kerjasama dengan Proton adalah sinyal kepada pemain otomotif bahwa hanya masalah waktu semua principal harus mengikuti pola kerjasama yang dibuat oleh Proton,yaitu mendukung kemandirian industry otomotif yang berbasis kepada kekuatan SCI dalam negeri.

Kita harus merebut technology. Kita punya bargain position yang besar. Apa itu? Kita adalah salah satu konsumen terbesar otomotif. Ini bisnis multi billion dollar. Mereka tidak punya pilihan kecuali ikut aturan main kita. Kita lihat nanti …


__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar